02 March 2007

MEMANGGUL SALIB HIDUP


Kalau kita mengingat kembali bagaimana perjalanan kisah sengsara Tuhan Yesus, kita tidak akan pernah bisa mengikuti jalan yang Tuhan tempuh. Bagimana mungkin kita juga harus dihina, diperolok, memanggul salib, disiksa dan dihukum mati. Tuhan Yesus begitu menderita karena memanggul salib hidup untuk penebusan dosa manusia. Tuhan harus meminum cawan anggur yang berisi kesengsaraan dan penderitaan. Walaupun sisi kemanusiaan Tuhan ingin agar cawan kesengsaraan berlalu daripadaNya, tetapi apa yang terjadi Tuhan Yesus tetap memikul tanggungjawab itu dan rela mati demi menebus dosa manusia. Tuhan Yesus rela memikul salib hidup, salib yang memerdekakan umat manusia dari dunia kegelapan dosa.
Bagaimana dengan salib hidup kita sendiri? Apakah kita siap dan mampu menanggung salib hidup itu? Salib hidup yang akan kita tanggung adalah beban hidup yang kita jalankan saat ini. Beban hidup yang menjadi pekerjaan kita, tangungjawab kita.
Pada waktu misa kecil di Kapel, seorang pastor berkotbah mengenai salib hidup dan bagaimana manusia memanggul salib-salibnya. Salib hidup yang dimaksud adalah perjuangan seseorang untuk mendapatkan hak dan kesetaraan mereka dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salib hidup adalah beban yang dipikul untuk mendapatkan sesuap nasi, untuk mendapatkan serupiah uang, kebahagiaan, strata sosial. Untuk mendapatkan penghargaan, prestasi, hubungan dengan orang lain, dan lain sebagainya. Kita semua memiliki salib yang harus dipanggul dan dijalankan. Salib-salib itu menjadi kewajiban yang mau tidak mau harus dikerjakan sebagai tugas wajib.
Bagi orang tua apa salib hidup mereka? Adalah beban hidup untuk mencukupi nafkah keluarga, biaya pendidikan anak, rumah tangga, pekerjaan dll. Bagi Mahasiswa, salib hidup adalah bagaimana mendapatkan nilai yang baik, belajar dengan sungguh-sungguh, mengerjakan tugas, ikut kegiatan kampus, mempu menghadapi dosen yang killer, skripsi dll. Untuk Pebisnis, salib hidup mereka adalah bagaimana mempertahankan usaha dan mengembangkannya. Untuk Politikus, salib hidup mereka adalah membawa perubahan bagi masyarakan yang bukan janji semata. Untuk para pelayan Tuhan, Imam, Biarawan-Biarawati, Pendeta, salib hidupnya adalah bagaimana melayani umat untuk Tuhan.
Salib hidup memang harus kita panggul, yang menjadi masalah bukan salib itu sendiri tetapi bagaimana kita bijak dalam menerima dan memanggul salib itu, menjalankannya dengan tanggungjawab dan dedikasi tinggi. Kita memang harus memanggul salib dan mengikuti ajaran Tuhan Yesus. Kita memang harus menjadi Penjala dalam setiap tanggungjawab hidup kita. Itulah salib yang harus kita jalani. Kita semua diberi anugerah yang paling berharga, kelimpahan, kesehatan, kebahagiaan.