29 October 2007

Selamat Hari Sumpah Pemuda


Kita ingin mengukuhkan:

Melangkah Pasti Menuju Perubahan!

Bangkitkan Semangat Muda

Bulatkan Tekad dan Komitmen Menuju Indonesia Baru

-Nistains Odop-

Kuliah Sebagai Investasi Untuk Meningkatkan Kecakapan Hidup


Oleh: Yohanes M.V. Mudayen*


Apa yang membuat seseorang itu sukses dalam dunia kerja nyata? Apakah kesuksesan dalam dunia kerja itu ditentukan oleh Indeks Prestasi (IP) yang nyaris empat? Atau kesuksesan itu ditentukan oleh wajah yang menarik? Atau mungkinkah kesuksesan itu ditentukan oleh sebuah keberuntungan? Atau mungkin karena calon mertua adalah seorang pengusaha terkenal?
Menurut survei yang diterbitkan oleh National Association of Colleges and Emlpoyers (NACE) tahun 2002 di Amerika Serikat, dari hasil jajak pendapat 457 pengusaha, diperoleh kesimpulan bahwa Indeks Prestasi (IP) hanya urutan ke-17 dari 20 kualitas yang dianggap penting dari seorang lulusan sebuah universitas. Lalu, kualitas apa yang paling penting? Ternyata kualitas yang bertengger di urutan teratas justru hal-hal yang seringkali dianggap sekedar ”basa-basi” ketika tertera dalam iklan lowongan kerja, misalnya kemampuan berkomunikasi, integritas, dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain.
Kualitas-kualitas yang tidak terlihat wujudnya (intangible), namun sangat diperlukan ini disebut juga kemampuan berinteraksi sosial (soft skills). Entah Anda bekerja pada orang lain (pegawai) maupun membuka usaha sendiri (wirausahawan), soft skills akan sangat berguna. Apapun pekerjaan yang Anda geluti kelak, Anda harus belajar beradaptasi dengan pekerjaan itu. Bahkan sejumlah perusahaan menyediakan masa training untuk mengajari para karyawannya tentang hal-hal mendasar yang harus dikuasai agar bisa bekerja dengan baik dalam perusahaan tersebut.
Lalu dalam perkuliahan yang berfungsi sebagai investasi masa depan, kualitas manakah yang pernah dilatihkan? Apakah perkuliahan hampir tidak membekali para mahasiswa dengan soft skill? Sebetulnya tidak juga. Ada beberapa kualitas pribadi yang secara langsung maupun tidak langsung terbentuk melalui perkuliahan. Sebagai contoh, kualitas dalam hal kemampuan berkomunikasi diwadahi dalam berbagai perkuliahan dengan metode presentasi, diskusi kelompok, simulasi dan tanya jawab. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa sejumlah kualitas pribadi lainnya memang tidak terakomodasi dalam kurikulum akademik, misalnya seorang mahasiswa yang sangat pandai dengan IP nyaris 4 bisa saja tidak ramah dan sukar bekerja sama dengan orang lain.

Mengasah Soft Skills
Menurut pengamatan penulis, ada tiga kategori mahasiswa yaitu: (1) mahasiswa yang hanya berfokus pada akademik (hard skills); (2) mahasiswa yang terlalu berfokus pada organisasi kemahasiswaan (soft skills) dan (3) mahasiswa yang menjaga keseimbangan keduanya (hard skill and soft skills). Lalu pertanyaan lebih lanjut, bagaimana cara mengasah soft skills? Untuk bisa mengasah soft skills, seorang mahasiswa idealnya memiliki kehidupan yang seimbang antara aktivitas akademik dan non akademik. Mahasiswa sebagai ”agent of change” perlu menjaga keseimbangan antara pengoptimalan kemampuan analitis akademik (hard skills) dengan kemampuan interaksi sosial (soft skills). Dengan kata lain, mahasiswa perlu memadukan keunggulan akademik dan nilai-nilai humanistik. Keunggulan akademik diperoleh dengan optimalisasi kemampuan akademik mengeluti materi perkuliahan sedangkan keunggulan dalam nilai-nilai humanistik diasah lewat keterlibatan aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian, ketika lulus kuliah, yang diperoleh bukan sekedar gelar sarjana saja, tetapi peningkatan kualitas diri sehingga memiliki daya saing ketika melangkah ke dunia kerja.
Selain itu, dunia kerja membutuhkan bukti nyata bahwa Anda memiliki soft skills komunikasi, integritas, kemampuan bekerja dalam tim dan lain-lain. Manakah yang lebih meyakinkan, Anda mengklaim diri sebagai komunikator yang baik, tanpa bukti, atau Anda mencantumkan sejumlah pengalaman presentasi dan diskusi dalam seminar lokal, regional, nasional dan internasional? Soft skills yang perlu diasah dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori yaitu: (1) keterampilan komunikasi lisan dan tulisan (communication skills), (2) keterampilan berogranisasi (organizational skills), (3) kepemimpinan (leadership), (4) kemampuan berpikir kreatif dan logis (logic), (5) ketahanan menghadapi tekanan (effort), (6) kerja sama tim dan interpersonal (group skills) dan (7) etika kerja (ethics).

Blue Ocean Strategy
Dalam kenyataannya, tidak sedikit lulusan perguruan tinggi yang kurang percaya diri saat mengajukan lamaran kerja. Mereka terlalu berfokus pada berbagai kelemahan yang melekat pada dirinya sehingga sulit untuk menemukan kelebihan tertentu yang bisa ditonjolkan. Orang-orang seperti perlu ”berkenalan” dengan strategi laut biru. Strategi laut biru (blue ocean strategy) adalah sebuah strategi untuk mendapatkan pasar dengan cara membuat pasar baru yang tidak banyak ”pemain”. Dalam konteks tulisan ini, strategi laut biru (blue ocean stategy) menunjuk pada strategi yang ditempuh oleh mahasiswa dengan kemampuan akademik tidak terlalu cemerlang untuk bisa lolos seleksi dalam dunia kerja dengan cara menunjukkan kelebihan yang ada pada dirinya. Hal ini sejalan dengan prinsip ”lifelong education”. Prestasi akademik yang pas-pasan menuntut konsekuensi untuk mengasah kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang memiliki prestasi akademik tinggi. Strategi laut biru menuntut kreativitas dan kemampuan menciptakan kesempatan. Namun sekali kesempatan itu tercipta, maka peluang untuk menang lebih besar daripada pejuang-pejuang di laut merah (red ocean strategy) karena pemain strategi laut biru bermain di lahan yang sedikit saingannya. Analoginya sebagai berikut: ketika orang-orang di laut merah saling berebut dan bersaing jualan mie ayam, si pemain laut biru berjualan es jeruk. Sementara Eric, Krismal, dan Inus yang sama-sama berjualan mie ayam mati-matian menurunkan harga untuk menarik pembeli, Lelek duduk manis menunggu pelanggan membeli es jeruk sehabis makan mie ayam tanpa harus ikut-ikutan menurunkan harga karena tak ada saingannya berjualan es jeruk.
Akhirnya tampak jelas bahwa perguruan tinggi memberi kontribusi untuk membentuk pribadi mahasiswa keseimbangan antara keunggulan akademik (hard skills) dan kemampuan interaksi sosial (soft skills). Di lain pihak, para mahasiswa juga perlu memikirkan sejak dini kelebihan-kelebihannya selain dari aspek akademik sehingga para mahasiswa yang memiliki kemampuan pas-pasan pun bisa sukses dalam dunia usaha baik sebagai pegawai maupun wirausaha. Semoga bujang-dara yang telah menimba ilmu dapat mengimplementasikan hard skills dan soft skills yang dimilikinya.

*) Yohanes Mudayen adalah dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, asal Kalbar.

24 October 2007

Yang Muda yang Nggak Dipercaya

Sebuah harian nasional terbitan selasa 16 Oktober 2007 memuat delapan tokoh nasional yang kemungkinan besar akan maju pada pemilihan umum presiden 2009 mendatang. Kedelapan tokoh tersebut menurut poling harian bersangkutan yang dilansir dari hasil survei lembaga survei Indonesia september-oktober 2007 dengan metode pertanyaan perbuka (top of mind) masih jauh dari harapan publik. Dari hasil jajak pendapat yang dilansir, perolehan suara responden yang tertinggi hanyalah 29% untuk tokoh yang masih dianggap mampu memimpin, sementara yang lain, responden hanya memilih 9%, 4%, 3% bahkan ada yang hanya 0,5%. Suara dan keraguan pun serta merta bagai gaung bersambut, dari kedelapan tokoh yang dimuat diharian tersebut sepertinya opini publik tidaklah terlalu antusias dan berharap banyak akan terjadi perubahan baru dalam pemerintahan jika salah satu dari kedelapan tokoh tersebut terpilih.
Suara perubahan yang diharapkan mampu mengubah Indonesia menjadi lebih baik sepertinya masih menjadi harapan saja, tanpa sebuah keyakinan menuju kepastian. Persoalan sebetulnya bukan karena bangsa ini tidak bisa diubah, melainkan karena para tokoh tersebut adalah muka-muka lama yang beberapa diantaranya pernah memimpin negeri ini dan belum terbukti ampuh melakukan perubahan yang signifikan. Kemudian kalau dilihat dari segi umur, juga tampak mereka adalah orang-orang lama yang masih memegang tradisi sulit melakukan perubahan radikal karena kultur lama yang masih kuat, sementara disisi lain, peluang untuk para pemimpin yang lebih muda sepertinya tidak diberi kesempatan untuk muncul. Inilah persoalan yang sebetulnya cukup konyol, ketika deru perubahan itu didengungkan dari berbagai sisi kehidupan, tokoh yang diharapkan menjadi mentor perubahan diposisi atas tersebut sulit melakukannya. Mungkin muncul sebuah pertanyaan, apakah persoalan yang dihadapi dinegeri ini terlampau banyak? Apakah karena persoalan yang begitu banyak para pemimpin pusing dan tidak punya power untuk mengurusnya? Sebetulnya disetiap elemen pemerintahan sudah tersedia sumber daya manusia yang berkompeten untuk mengurus masing-masing departemen. Yang menjadi persoalan adalah, apakah antara pemimpin puncak dengan bawahannya satu visi untuk benar-benar memperbaiki negeri ini dari carut marut keterpurukan? Apakah mereka mampu menyingkirkan kepentingan politik dan lebih mengutamakan kepentingan negara yang dalam hal ini memerlukan tokoh pengubah?
Saya jadi teringat pesan sebuah iklan ditelevisi yang mengatakan “Yang muda yang nggak dipercaya”. Maksudnya apa sih? Itulah permasalahan dinegara ini, manusia baru, yang dengan semangat baru dan mengetahui pentingnya perubahan serta memiliki kapasitas untuk mengubah, selalu tidak diberi kesempatan. Bahkan sebisanya orang-orang muda jangan dikasi peluang karena bisa memusingkan kepala status quo dan menjadi kompetitor baru, sehingga persoalan persaingan politik menjadi lebih berat. Kalau begitu, Bisakah Mengubah Indonesia?

21 October 2007

Kejar -tayang- Nih



Hai para blogger, thanks y udah mau "ngetok pintu" blog gw ini. Skarang gw lg ngejar deadline untuk buku terbaru, doain aja ya supaya selesai pada waktu yg gue jadualin. Gw mohon maaf kalo blm sempat "nyenggol" Anda semua, nnti kalo udah agak longgar gw berkunjung dech.

Thanks buat Bung Agus R, Hanz Pramana, Iman dkk. Keep Contact ;-) yup. Syaloom for all.

17 October 2007

Membuka Pintu Perubahan

Siapa yang menutup pintu wajib membukakannya kembali untuk meyambut mentari pagi. Siapa yang menutup pintu hati dan pikirannya akan tinggal selamanya dalam kegelapan.
Rhenald kasali
……………………....


Saat kita menghirup udara kita merasakan ada sebuah kesempatan hidup yang diberikan Sang Pencipta, saat kita melihat cahaya mentari pagi muncul diufuk timur kita sadar hari baru telah tiba. Kita membuka pintu rumah, melihat sekeliling, dan menyambut kehidupan dan hari baru tersebut. Anugerah kehidupan telah datang dan kita masih layak berada ditempat dan disaat dimana kita berdiri, ini adalah rahmat. Bagaimana kita sebaiknya memanfaatkan rahmat kehidupan tersebut? Bukalah hati dan pikiran kita untuk melihat segala berkat dan rahmat dari sang pencipta. Kehidupan, mentari pagi, kesempatan, peluang, kebahagiaan, kesedihan, perubahan, semuanya terbalut dalam satu rangkaian dan menjadi proses perjalanan dari hari kehari.
Janganlah menutup pintu hati dan menguncinya rapat-rapat, ingat bahwa kesempatan untuk berubah itu sama halnya dengan momen ketika kita bangun dipagi hari dan tetap menghirup udara. Kita membukakan pintu rumah dan melihat sinar surya memancar, kita sadar bahwa kita masih hidup dan bertahan sampai detik itu.
Barang siapa yang menutup pintu hatinya dia akan berjalan dalam kegelapan, walaupun diluar tampak begitu terang dia akan tetap berjalan dalam kegelapan tadi. Dia telah membatasi dirinya dengan membangun tembok tinggi dan tidak membiarkan tembok itu dirobohkan untuk diganti dengan tembok baru yang lebih indah dimasanya. Dia melepaskan kesempatan-kesempatan yang ada dengan menutup mata pada apa yang terjadi disekelilingnya dan membiarkan dirinya seperti itu.
Perubahan adalah sesuatu yang terjadi setiap saat dan ada disekeliling kita, apakah kita membuka pintu hati untuk melihatnya dan turut serta dalam perubahan itu? Jawablah untuk renungan kita hari ini. Saya harap kita tidak membangun tembok tinggi sehingga cahaya matahari masih tetap nampak indah dan kita tahu ada perubahan dalam pergerakan dunia ini.

12 October 2007

Mengubah Prespektif




Don’t wait til tomorrow what you can do today


Untuk berubah total seseorang perlu mengubah perspektif mereka, bukan masalah-masalah yang menimpa. Ketika konsentrasi tertuju pada banyaknya persoalan dan bukan pemecahan, pencarian jalan keluar biasanya menemui jalan buntu.

Angin perubahan terjadi bila kita cermati apa yang dilakukan orang-orang yang mampu mengatasi setiap persoalan hidup mereka, mulai dari persoalan yang ringan hingga yang terberat. Mereka mulai memfokuskan pada change DNA, yakni unsur pembawa sifat berbentuk molekul yang menyimpan informasi tentang gen seseorang menuju sebuah perubahan. Informasi yang ada di DNA yang mencatat kode-kode perubahan ini disimpan dalam bentuk sandi berupa kode genetik. Mereka sangat yakin bahwa untuk berubah mereka memerlukan pemikiran untuk menata DNA dengan baik sehingga perintah-perintah berupa sandi perubahan tersampaikan dan terdorong keluar sehingga ada output yang menciptakan perubahan dalam diri mereka.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh salah satu perusahaan konsultan terkemuka Booz/Allen/Hamilton antara Desember 2003 dan November 2005 yang melibatkan responden sebanyak 30.000 dan mewakili 23 industri di 100 negara merupakan salah satu penelitian yang memfokuskan pada isu DNA untuk mengukur tingkat kesehatan dari setiap perusahaan. Hal ini justru memperlihatkan arah kecenderungan dan keyakinan yang semakin mengental di kalangan para konsultan bisnis dan praktisi terhadap peran dan pengaruh dari DNA organisasi dan individu terhadap perubahan.
Dalam kasus yang sering kita hadapi, DNA bisa membantu perubahan dan jalan keluar ketika kita memerintahkan kode generik untuk mencari persoalan pribadi dan mengeluarkannya dengan sebuah solusi yang terbaik. Persoalan yang sering terjadi adalah, kita sering ambigu dalam menentukan persoalan mana yang harus diprioritaskan untuk diselesaikan dengan segera. Ketika kebingungan itu merajalela bukan penyelesaian masalah yang kita dapatkan, melainkan sebuah perintah yang membuat kita tidak yakin akan penyelesaian persoalan tadi. Cara untuk mensiasatinya adalah dengan menekan tombol penyelesaian masalah pada DNA kita, dengan hasrat yang kuat dan pikiran yang positif, DNA tadi akan mengeluarkan perintah dan membantu mencarikan jalan keluar yang terbaik, saat itulah aura perubahan terjadi.

10 October 2007

INDAHNYA MEMAAFKAN DI HARI YANG FITRI

Dalam sekian tahun perjalanan hidup kita di dunia yang indah ini, pasti kita pernah mengalami yang namanya "disakiti" oleh orang lain; baik secara fisik maupun mental (perasaan). Karena kita adalah makhluk sosial maka kita tidak bisa tidak meski bergaul dan berinteraksi dengan orang lain yang memiliki beraneka ragam kepribadian. Dari interaksi inilah mungkin sekali kita pernah "tersakiti". Jika yang disakiti adalah fisik kita, mungkin esoknya sudah sembuh. Namun jika yang disakiti adalah hati kita, akan sangat sulit untuk menyembuhkannya. Bahkan tidak sedikit manusia yang membawa luka hatinya sampai mati; sungguh mengenaskan! Luka hati ini biasanya akan berbuah "dendam" yaitu amarah yang terpendam.
Memang wajar bila perasaan kita disakiti oleh orang lain maka kita akan sakit hati, dan lebih parah lagi menjadi pendendam sejati. Apakah menyimpan dendam itu baik? Tentu tidak! Bahkan bisa dikata: bahaya. Terus, apa dong bahaya mendendam?
Adi W.G., seorang pakar mind technology dan ahli hypnotherapy menjelaskan dengan sangat gamblang bahwa Banyak orang yang mengalami kesulitan untuk maju dan berkembang karena energi psikis mereka terkuras untuk mempertahankan emosi marah dan dendam pada seseorang. Emosi negatif yang tetap "dipelihara" dengan sangat tekun ini ia sebut dengan vampir energi psikis.
Demikian mengerikan pengaruh dari emosi marah dan dendam pada diri kita. Kita selama ini mengira bahwa dengan mendendam orang yang pernah menyakiti kita, itu akan menjadi balasan yang setimpal. Ternyata kita salah karena justru kitalah yang jadi makin menderita sendiri.
Lalu agar kita bisa bebas dari belenggu dendam yang jadi vampir energi psikis kita itu bagaimana caranya?
Caranya mudah, tapi juga susah¦ Mudah, karena kita tinggal meneladani akhlak Nabi Muhammad saw ketika beliau dihina, diludahi, dilempari batu atau kotoran onta, bahkan hendak dibunuh oleh orang-orang kafir ketika Islam baru turun ke bumi (masa awal Nabi berdakwah). Apa itu? Ya, benar¦ Jawabnya adalah dengan MEMAAFKAN! Beliau selalu memaafkan mereka dengan tulus, bahkan beliau menengok orang yang sering meludahinya ketika ia sakit sehingga si kafir itu masuk Islam melihat betapa mulianya akhlak Nabi Muhammad saw yang begitu agung tersebut. Beliau adalah sosok teladan yang paling pemaaf. Kemuliaan akhlaknya begitu memukau sehingga berbondong-bondong warga Arab masuk Islam.
Tapi kenapa "memaafkan" itu susah? Ya, karena kita selalu mencari pembenaran kenapa kita harus marah dan dendam. Kita selalu merasa berhak dan pantas marah/dendam kepada orang yang menyakiti kita tanpa pernah mau mencoba melihat sesuatu yang menyakitkan itu dari sudut pandang yang berbeda. Coba sekali-kali kita berpikir dari sudut pandang orang yang menyakiti kita, mungkin kita akan bisa bersikap lebih obyektif. Tapi kata-katanya sungguh menyakitkan? Tapi ia telah menghina saya? Tapi ia telah berkhianat? Tapi ia benar-benar tak berperasaan? Tapi? Tapi? Kita bisa mencari seribu alasan lain!
Eh, tahu nggak? Sesungguhnya orang lain menyakiti kita sebenarnya karena mereka adalah manusia lemah. Makanya jangan sedih kalau kita disakiti. Kita pantas bersyukur karena dengan mengalami "disakiti" kita mendapat peluang untuk mencontoh akhlak Nabi, yakni memaafkan.
Adi W.G. juga menyatakan bahwa memaafkan tidak berarti kita menyetujui. Memaafkan melibatkan keinginan untuk melihat sesuatu dengan sudut pandang yang lain - untuk bisa memahami dan melepaskan. Lebih jauh Adi menjelaskan, "Saat kita memaafkan dengan tulus orang yang pernah menyakiti kita, maka yang terjadi adalah kita menyingkirkan vampir energi psikis yang selama ini menyedot energi kita tanpa kita sadari, dan sejak saat itu energi kita meningkat drastis, vibrasi kita meningkat, dan kita mulai memanifestasikan sukses dengan sangat cepat dan mudah."
Dalam Al Qur'an surat Asy Syuura ayat 40, dengan sangat indah Alloh SWT berfirman yang artinya: "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik* maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim." Yang dimaksud berbuat baik di sini ialah berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita.
Sudahlah kawan, sudah tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak memaafkan. Sebentar lagi adalah Hari Raya Idul Fitri, yang akan menjadi momen yang paling tepat bagi kita untuk memaafkan. Lalu, siapa yang dimaafkan? Pokoknya siapa saja yang pernah--dengan sengaja atau tidak menyakiti kita, baik secara lahir maupun batin. Mungkin dia teman yang pernah mengecewakan perasaan Anda. Mungkin dia mantan kekasih yang mengkhianati Anda. Mungkin dia orang yang pernah menghina atau memfitnah Anda. Atau mungkin juga dia orang yang telah mengubur harapan Anda, yang membuat cinta Anda yang seputih salju berubah menjadi kenangan duka. Maafkanlah semuanya karena maaf itu indah¦
Ada hukum tidak tertulis yang berlaku di alam semesta ini. Apa itu? Hukum itu adalah Hukum Sebab - Akibat atau Hukum Tabur - Tuai yang berbunyi: Apa pun yang kita tabur--melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan kita--akan kembali pada kita.
Jika Anda merasa sakit bila disakiti maka jangan menyakiti. Jika Anda sudah terlanjur menyakiti maka minta maaflah. Dan jika Anda sudah disakiti maka maafkanlah! Indah bukan?

Salam Idul Fitri,
AGUS RIYANTO
Penulis Motivasi dan Pengembangan Diri, dapat dihubungi melalui email: agus4ever@gmail.com atau hp: 085227428804

09 October 2007

Keberhasilan Distributor MLM



Novelis kenamaan bernama Virginia Woolf menulis dalam sebuah karya kecilnya (A Room of One’s Own): Yang diperlukan dalam menulis adalah memberikan ruang kosong bagi privacy untuk berkreasi lebih jauh. Biarkan diri Anda bebas berpikir, menulis dan membaca ulang apa yang menjadi tema inti dan mengeksplorasinya secara mendalam. Dengan kata lain munculkan diri Anda menjadi sosok realitas dari pembebasan paling kreatif.

Penting sekali untuk melihat prespektif diri terhadap sesuatu yang asing karena ini bisa memberikan peluang dan kesempatan yang tidak pernah diduga. Membebaskan diri untuk menyelaminya adalah salah satu langkah bijak demi pertumbuhan diri. Memiliki tujuan dan membiarkan diri memikirkan hal-hal yang ingin dicapai dari perjalanan keterlibatan didunia pemasaran jaringan telah memberi ruang gerak pembebas diri dari belenggu-belenggu penghambat, ini memungkinkan seseorang meraih prestasi puncak dari apa yang dia inginkan. Keberhasilan sejati menuntut pembebasan kreativitas untuk meraihnya dalam skala yang independen tanpa tekanan dari pihak luar, sifatnya murni dorongan semangat dari dalam batin untuk meraih keberhasilan. Inilah mengapa kita harus sedikit-banyak belajar dari Novelis Virginia Wolf tadi supaya kita bebas menentukan kreasi sudut pandang terhadap sesuatu.

Perspektif adalah sudut pandang akan sesuatu dari kacamata si penilai, jadi perspektif dalam kontek ini sama saja dengan penilaian terhadap keberadaan bisnis jaringan, perkembangannya dan orang-orang yang terlibat didalamnya. Sekilas pandang melihat sesuatu yang baru, kita hanya akan meneliti kulit luarnya saja tanpa pernah tahu apa isi didalam. Sama lumrahnya ketika seorang pemuda melihat panampilan gadis cantik yang lewat didepannya, dia hanya akan menilai penampilan fisik luar sigadis tanpa pernah tahu isi dan kualitas didalamnya.

Pemahaman masyarakat awam akan keberadaan bisnis jaringan juga demikian bahkan terkesan negatif, mereka menilai bisnis model ini sebagai jual mimpi, cari teman, jualan, ngejar-ngejar orang. Pokoknya sekumpulan perspektif yang kurang enak didengar dan tidak didasari fakta real yang berimbang. Awam hanya menilik kekeliruan dan kesalahan yang terjadi bukannya meneliti lebih jauh akan keabsahan penjualan model ini. Pandangan demikian mirip ekspos buruk seorang selebriti dilayar kaca pada acara infotainmen, dimana si seleb dihakimi tanpa pemirsa tahu keberadaan informasi yang sebenarnya.

Melihat dari luar dan menilai secara emosional memang gampang karena kita bisa mengambil kesimpulan secara cepat, namun demikian prespektif seperti ini bukanlah akurat karena validitas datanya sangat dipertanyakan. Nah, pandangan akan dunia bisnis MLM juga tidak jauh berbeda, orang-orang hanya melihat sepintas lalu tanpa pernah tahu isi perut keberadaan industri bersangkutan. Keberhasilan para distributor dan perusahaan MLM secara finansial mampu mengubah pandangan awam akan bisnis ini sedikit demi sedikit. Bahkan para anggota yang meraih keberhasilan luar biasa dari bisnis ini mengalami metamorfosis penghidupan yang maksimal.

08 October 2007

Mengukir Nasib, Mengukir Masa Depan


Nasib kita ukir sendiri, kita desain sendiri dan kita jalani sendiri
-Jennie S. Bev-

Jennie S. Bev mengungkapkan demikian bahwa nasib kita ukir sendiri, kita desain sendiri dan kita jalani sendiri. Tidakkah kita tahu bahwa sebuah patung akan dipahat oleh pematungnya setelah dia membayangkan gambaran akhirnya? Atau kita pasti pernah lihat bagaimana seorang tukang ukir menggambarkan sketsa menyeluruh dari media yang akan dia ukir, setelah membuat sketsa menyeluruh sipengukir akan mulai mengerjakan ukirannya mulai satu goresan ditambah satu goresan sehingga secara keseluruhan gambaran ukiran itu selesai dan menghasilkan sebuah karya yang menakjubkan.
Kehidupan manusia juga demikian, mereka harus berani mengukirnya bagaimana gambaran akhir dari kehidupan yang bagi mereka ideal, mereka berusaha menjalaninya dengan setiap pengorbanan jatuh bangun. Mereka bersedia terus berproses menjalankan hari-harinya dengan sebuah keyakinan bahwa nasib bukanlah yang menentukan sejauh mana kehidupan mereka namun kemampuan mereka untuk mengukir dan menjalankan hidup itulah hasil akhir yang mereka peroleh. Kehidupan kita ibarat gambaran pemahat atau pengukir, mempunyai gambaran secara menyeluruh kemudian mulai menjalankan langkah-langkah kecil untuk mencapai tujuan itu.
Setiap hari baru adalah keajaiban dalam perjalanan menuju keberhasilan, hari ini kita telah mempelajari bagaimana nasib itu bisa diubah selama kita mau mengubahnya. Tidak mudah memang menjalankan hari-hari menuju perbaikan itu, pertaruhannya sungguh berat, namun kemenangan akhirlah yang menentukan. Kita semua akan melihat mahakaryakehidupan dari hasil pahatan dan ukiran kita sendiri.

05 October 2007

Kelenturan Dalam Perubahan


Perubahan memerlukan kelenturan, sesuatu yang kaku mudah sekali patah.
Untuk berubah kita memerlukan kelenturan dan memerlukan penyesuaian, sesuatu yang kaku akan mudah sekali patah. Saya teringat akan sebuah pesan singkat dari sahabat terdekat saya yang berbunyi begini “Rahasia ketahanan bambu terhadap angin terletak pada sikapnya. Ketika ada badai pohon-pohon berdiri tegak, kaku dan menentang angin namun akhirnya patah. Pohon berbeda dengan bambu yang menerima angin, bambu mengalami kelenturan dan akhirnya berdiri kembali setelah badai berlalu. Bambu bukannya menyerah, namun bertahan dengan semua kekuatan dan kelenturannya hingga akhirnya bambu itu berdiri seperti sediakala.
Saya seperti disentil oleh sebuah kebijaksanaan yang dimiliki oleh kekuatan dan kelenturan bambu tersebut. Pesan ini bermakna menuntut kita berubah, dan hal itu tentu saja ditujukan kepada saya supaya bisa menyesuaikan diri dalam setiap terpaan angin. Saya berterima kasih karena pesan tersebut memberikan ruang jiwa bagi saya untuk berrefleksi diri, memperbaiki kebiasaan dan sifat yang kaku dan tidak lentur dimasa lalu. Memperbaiki segala kekurangan dan menjadi lebih baik dalam perubahan.
Saya pikir kita perlu mempelajari kehidupan alam dan seperti sifat bambu tersebut, kita juga harus bisa menyesuaikan diri dalam perkembangan zaman dimasa kini agar memiliki kehidupan yang seimbang baik dalam kesejahteraan, kebahagiaan maupun spiritualitas. Hari ini saya ingin mengajak pembaca sekalian mempelajari sesuatu yang tidak kaku yang mampu memberikan kekuatan dan ketahanan dalam hidup kita. Persoalan dan terpaan hidup membawa sebuah angin perubahan yang terkadang tidak terhindarkan, namun kemampuan kita menyikapinya dengan kelenturan adalah jalan keluar yang terbaik dalam perubahan.


02 October 2007

Melepaskan Pelukan di Jembatan - Menuju Perubahan


Berubah adalah persoalan lahir kembali, membuang hal buruk dan menggantinya dengan yang baik. Berubah berarti berevolusi dari kehidupan yang lama kekehidupan yang baru.
Kita ingin dilahirkan kembali dan keluar dari kebiasaan perjalanan hidup yang lemah, tidak berdaya dan tercampakkan. Kita ingin bangkit meniti sebuah perubahan yang panjang, melangkah dengan mantap dan berlari menyambut hari baru layaknya seorang pembalap yang memacu kendaraan demi mencapai garis finish dan menjadi juara. Kita ingin merdeka dari kepenatan hidup, tekanan batin, berubah dan bangkit dari suara berisik negativitas kehidupan yang selama ini merongrong. Kita telah berjanji untuk melepaskan pelukan erat di sebuah jembatan perjalanan dan melangkah dengan penuh keyakinan.
Hari ini kita telah lahir dengan melepaskan pelukan erat dijembatan tadi dengan melangkah menyeberangi dan menemui daratan baru dalam kehidupan kita. Kita telah menapak dalam perubahan dan lahir kembali, membuang hal-hal buruk dalam kehidupan yang membelenggu diri. Berevolusi dari kehidupan lama kekehidupan baru dengan melepaskan semua pelukan dijembatan masa lalu dan menemui daratan kehidupan yang baru.
Renungkanlah dan lepaskan setiap jembatan yang membatasi diri kita, lepaskanlan untuk menuju perubahan. Terbanglah dalam sebuah kebebasan menuju pribadi yang luar biasa dengan menjadi manusia baru dalam habitus baru dalam kehidupan yang berkesinambungan. Kita menginginkan perubahan itu dan kita berharap besar terjadi dalam diri kita. Peganglah segumpal harapan yang telah membentuk, nyatakan dengan hasrat yang dahsyat untuk lahir kembali menjadi manusia dengan kehidupan baru menuju Perubahan.