23 June 2010

Kenapa Takut? SAYA PUNYA POTENSI DAHSYAT

Banyak orang beranggapan bahwa ketidakberhasilan merupakan proses kehidupan yang
sebaiknya dihindari agar perjalanan menuju keberhasilan menjadi lebih mudah. Tetapi kenyataan
berkata sebaliknya, bahwa tiada keberhasilan hakiki tanpa sebuah ketidakberhasilan.
Dalam kontek ini, hidup merupakan sebuah perjalanan yang terdiri dari episode-episode
kegagalan dan keberhasilan, dua sisi kehidupan yang sesungguhnya mampu memberi warna pada
perjalanan hidup manusia.
KEGAGALAN, Kesalahan, Kekeliruan adalah persoalan hidup yang kerap kali menimpa
umat manusia sebagai bagian dari sisi lain proses menuju sukses. Jika melihat tapak demi tapak
kehidupan ini, rasanya sulit untuk mengatakan bahwa tiada satu kerikilpun yang tidak menjadi
sandungan dalam setiap langkah hidup. Ini sejatinya adalah bumbu hidup yang didalamnya
terkandung inti sari pelajaran menuju sebuah kemaslahatan yang bernama keberhasilan sejati.
Menapak puncak keberhasilan sama seperti mengetik kata demi kata dan menjadikannya
satu karangan yang bermanfaat. Dibutuhkan keberanian untuk memulai, hasrat yang kuat untuk
berbagi kebijaksanaan dan kepercayaan diri yang tinggi agar ada roh motivasinya dalam
karangan tersebut. Saya memandang ini sebagai proses kreatif menuju keberhasilan karena
dalam menyusun kata demi kata dalam buku ini dibutuhkan keberanian dan kepercayaan diri.
Tidak mudah bagi saya, karena di umur 26 tahun ini belum memiliki apa-apa secara
finansial. Namun, hasrat terbesar saya adalah ingin berbagi kebajikan hidup dan motivasi agar
kita bisa melihat proses hidup adalah proses gagal-sukses, proses bangkit kembali dari
keterpurukan, proses mengalahkan ketidakberanian, mengalahkan ketidakpercayaan diri dan
membangun mental positif yang amat baik untuk masa depan kita.
Saya bukanlah siapa-siapa, hanya seorang anak muda yang mencoba berkarya melalui
beberapa buku, ingin berbagi motivasi dan semangat karena insan manusia bukanlah robot yang
diprogram untuk selalu bersemangat dalam hidupnya. Manusia butuh amunisi, bahan bakar dan
pelumas berupa kiat-kiat maupun nasehat bijaksana pembangkit motivasi diri (self help).
Didalam buku ini saya menggabungkan dua hal besar yang bisa kita ambil sebagai
sebuah pelajaran kebijaksanaan. Bagian pertama membahas mengenai tema Kegagalan, dan
dibagian kedua adalah mengenai Kata-kata pembangkit jiwa. Buku ini tidak mendikte pembaca
untuk menjadi seperti apa, melainkan mencoba membagi sebuah suntikan motivasi pencerah diri
agar melihat persoalan hidup dengan bijaksana.
Salam,
-nistain odop-

08 June 2010

Catatan Editor


Setiap orang ingin berhasil mencapai cita-citanya. Sekecil apa pun hal yang diidam-idamkannya jika dapat diwujudkan maka kebahagiaan itu akan menyelimuti hati yang menggenggamnya. Oleh karena itu, orang akan berusaha mencapai atau meraih keinginannya dengan segala cara, upaya, dan mungkin sampai berkorban. Akan tetapi, dalam proses pencapaian cita-cita itu tidaklah selalu mudah. Faktor internal dan eksternal bisa jadi penghambat.
Manakala tidak kuat menghadapi atau mengatasi tantangan itu, orang bisa mengalami mental break down—patah semangat dan putus asa—yang berdampak negatif terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Karena kegagalan yang menimpa, orang pun merasa nasibnya malang. Jika orang sering mengalami kegagalan maka ketakutan dan khawatir itu lebih dominan bersemayam dalam diri sehingga orang kurang bersemangat untuk melakukan sesuatu untuk mengubah nasib.
Nasib bukanlah sesuatu yang permanen. Jika inovatif dan kreatif mengelola hambatan atau penghalang itu, sebetulnya orang justru dapat menjadikan kegagalan itu menjadi peluang untuk mencapai sukses. Hambatan yang menghalangi laju semangat bukanlah hantu yang menakutkan. Kita harus mengubah sesuatu dalam mindset agar kita selalu proaktif mengeksplorasi kelebihan dan kelemahan diri sendiri.
Setelah mengetahui kelemahan diri sendiri (faktor internal) berarti kita berpeluang untuk memperbaikinya bahkan bisa menjadikannya sebagai kesempatan untuk membangun suatu kekuatan baru agar sesuai dengan syarat yang dibutuhkan ketika hendak mencapai cita-cita atau keinginan itu.
Katakanlah Anda atau saya sangat ingin berprofesi sebagai wartawan yang bekerja di kantor perwakilan berita Reuter di Indonesia. Keinginan itu tidak mungkin kita wujudkan jika kita tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan pada profesi kewartawanan. Apakah saya atau Anda menguasai dan mampu menggunakan salah satu bahasa asing setidak-tidaknya bahasa Inggris? Bagaimana saya atau Anda menulis berita dalam bahasa Inggris jika tidak terampil menggunakan bahasa asing itu?
Pertanyaan masih berlanjut untuk kita jawab. Katakan Anda sudah mahir berbahasa Inggris dengan TOEFL >600, apakah itu sudah cukup? Kita harus memiliki pengetahuan dasar jurnalistik, dapat berkomunikasi dengan baik, dan selalu berminat mempelajari berbagai bidang.
Katakan Anda sudah menyandang S-1 Teknologi Pangan yang mungkinkan Anda akan ditugasi sebagai wartawan peliput industri makanan. Akan tetapi, suatu saat bisa saja Anda ditugaskan meliput bidang-bidang lain seperti hukum, olahraga, sosial, budaya, kehutanan, sastra, dan bahkan masalah kriminal. Sebagai wartawan, Anda harus mampu melakukannya.
Jangan heran, beberapa orang yang lulus dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi wartawan profesional yang sehari-hari meliput sektor perbankan dan pasar uang padahal bidang itu tidak pernah dipelajari khusus ketika masih kuliah.
Keahlian bidang pertanian tentu bermanfaat walau tidak digunakan secara langsung di lapangan. Simak apa hubungan latar belakang pendidikan dengan profesi yang sedang dijalankan melalui contoh ini: seorang wartawan meliput aksi unjuk rasa masyarakat terhadap sebuah perusahaan yang sudah go public. Pabrik pembuat garmen itu kurang memperhatikan pengolahan limbah sehingga sumber air di sekitar lingkungan pabrik terkontaminasi. Dampak negatif yang menimpa masyarakat bisa ditebak. Nah, kalau si wartawan tidak memiliki pengetahuan yang memadai, apa mungkin dia meliput peristiwa itu secara mendalam dan menarik?
Hambatan untuk mencapai cita-cita bisa disebabkan oleh faktor internal (diri sendiri) dan faktor eksternal. Oleh karena itu, seorang penulis bernama Zig Ziglar [1996] pernah mengatakan, bahwa orang yang sukses harus mempunyai program (tekad) yang terarah . Dia menetapkan jalurnya untuk diikuti dengan menyusun rencana dan melaksanakannya. Dia berupaya mengejar tujuan yang ditetapkan dalam programnya. Dia tahu ke mana dia ingin pergi, dan tahu bahwa dia akan sampai ke sana. Dia menyukai apa yang dilakukannya dan menyukai perjalanan yang membawanya ke tujuan yang hendak dicapainya. Dia penuh antusiasme dan semangat tinggi. Inilah orang yang sukses.
Jika Anda ingin menjadi pelaut yang bekerja di kapal pesiar internasional, ya Anda harus memiliki sertifikat. Katakan seseorang mempunyai diploma D-3 dari Akademi Pelayaran. Namun, jika dia adalah seorang yang mudah mabuk ketika berada di kapal yang sedang mengarungi samudra, bagaimana mungkin dia mewujudkan cita-citanya sebagai pelaut andal?
Apa pun cita-cita dan keinginan Anda sebaiknya catatlah dan bertekadlah (komit) untuk mencapai tujuan (cita-cita) itu. Urailah komitmen Anda itu pada tanggung jawab harian secara terinci dan kemudian urai lagi tujuan Anda itu menjadi bagian yang kecil-kecil agar mudah mencapainya tahap demi tahap, demikian Zig Ziglar.
Tindakan lain yang sebaiknya kita lakukan dalam mencapai cita-cita, bahwa Anda harus sehat secara fisik, mental, dan spiritual. Jadikan beban yang (mungkin) menimpa Anda sebagai aset, dan belajarlah bersabar menanggapi suatu kekecewaan yang pasti akan Anda alami. Anda harus mendisiplinkan diri, selalu bisa mengubahlah arah (bukan keputusan) agar Anda bisa beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi tanpa kita tahu sebelumnya.
Gambarkanlah dalam pikiran Anda, apa yang hendak dicapai. Jangan takut jika Anda menghadapi penghalang dan hambatan. Meski yang Anda pikirkan (cita-citakan) tidak selalu selaras dengan kenyataan, jangan menyerah untuk memastikan tekad bahwa Anda harus bertintak untuk mencapai keinginan Anda itu.

Depok, 13 Mei 2010


Rayendra L. Toruan
Editor

18 May 2010

Kemana Melangkah Jika Saya Gagal?


Rekan pengunjung blog yang berbahagia, beberapa waktu lalu sahabat kita mengirimkan email kepada saya, berikut isi emailnya yang mungkin akan bermanfaat juga bagi kita.

saya yang benama Riko (nama saya samarkan) berumur 25 tahun masih duduk di bangku kuliah, yang sebenarnya harus sudah selesai dan bekerja. Saya sangat terkesan dengan buku anda, ketika saya merasa gagal saya pasti baca buku anda sampai menemukan dimana kegagalan saya. Ketika saya baca buku anda saya menjadi semangat, tetapi ketika menutup buku anda, saya bertanya apa yang harus kerjakan sekarang?..

saya hidup seperti tidak mempunyai arah, ketika membaca lowongan pekerjaan semua maksimal berumur 23 dan ketika saya kelar kuliah saya berumur 26, saya merasa menyesal banget tidak naik kelas. apa yang harus saya lakukan, apakah ada kata terlambat? apakah anda percaya dengan keberuntungan?




Jawaban saya:

Dear Riko,

terima kasih telah ber-email dengan saya.
yang saya tangkap dari isi emailmu (jika tidak salah) adalah sedikit keputusasaan dan ketidakpercayaan diri. Sebetulnya hal ini lumrah menyerang kita, terutama bagi yang masa pendidikannya agak terlambat. Biasanya masa produktif sampai S1 adalah diumur 22-23 tahun, namun tentu saja persoalanmu menjadi agak pelik karena diumur 25 belum menyelesaikan pendidikanmu dibangku kuliah.
Dear Riko, sahabat dan rekan seperjuanganku, aku juga belum menyelesaikan pendidikan S1 hingga sekarang, umur sudah cukup tua :). Hanya saja aku melanjutkan dari D3-ku dulu dan sekarang kuliah sambil memulai bisnis jasa dibidang konstruksi bangunan dan menulis buku.

Well, pendidikan memang penting, ijazah juga amat penting, namun yang lebih penting adalah arah perjalanan kita ini mau dibawa kemana. Persoalan bahwa kita harus kelar kuliah diumur 23 tahun mungkin sudah tidak pas bagi kita (kamu dan aku). Persoalan bahwa melamar pekerjaan di umur 23 tahun buat kamu dan kebanyakan orang muda lainnya mungkin sudah lewat. Jadi, apa yang harus dilakukan?
Pertama, kamu harus menyelesaikan misi utama dulu. Dalam strategi perang sun tzu, kalahkan musuh utama terlebih dahulu jika ingin mengalahkan musuh-musuh yang lain. Misi utamamu adalah menyelesaikan pendidikan S1. ini penting, karena biar bagaimanapun di masa yang akan datang level sarjana akan menjadi status sosial seseorang. entah kita menempuhnya dengan waktu 4 tahun atau 10 tahun, dimasa yang akan datang itu tidak akan menjadi persoalan penting, yang penting kamu berhasil menjadi seorang sarjana.
Kedua, rencanakan langkah-langkah yang mesti kamu lakuin. Mulailah dari langkah kecil. menyusun kembali rencana jalan hidupmu. Jangan menganggap bahwa kita telah terlambat, tiada kata terlambat kecuali kita berhenti.
Ketiga, jika kita tidak memperoleh pekerjaan diperusahaan orang lain, mulailah dengan usaha sendiri. Membangun bisnis sendiri tidak membtuhkan persyaratan bahwa kamu mesti berumur dibawah 25 tahun bukan? Banyak pengusaha yang hanya lulus SMU namun mampu mempekerjakan profesional yang pendidikannya S1 bahkan S2.
Keempat, buku Gagal Itu Baik, 55 Wasiat Cinta dan Kehidupan, Jangan Menyerah dan buku saya yang lain, sifatnya hanya mendorong dan memberi pencerahan motivasi. Kamu sendirilah yang harus melangkah, yang harus bertindak. Tiada kata terlambat untuk memulai, bangunlah dan mulailah dari apa yang kamu bisa. Bergeraklah sekarang, jangan berpangku tangan. Tiada persoalan yang tanpa jalan keluar, tiada masalah yang tidak bisa diatasi selama kita berniat untuk bangkit.
Demikian dulu, selamat berjuang dan semoga segera menyelesaikan misi-misimu.
Salam, Tain Odop

14 April 2010

Belajar Dari Matahari

Matahari kita kenal sebagai sumber energi di bumi. Dengan energi matahari, tumbuhan hijau dapat melakukan fotosintesis yang kemudian hasilnya berupa oksigen dan dimanfaatkan makhluk lainnya sebagai sumber energi. Begitu dahsyatnya manfaat matahari sampai-sampai ibu yang menjemur pakaian terkadang mengumpat apabila sinar matahari tidak muncul.
Dari sudut pandang ilmu pengetahuan yang dikaitkan dengan galaksi semesta, panas
matahari begitu menakutkan. Jarak antara matahari dengan bumi memang sejauh 152 juta km,namun jarak itu telah mampu membuat sengatan yang kuat sehingga mahluk dimuka bumi ini memerlukan tempat untuk berteduh dan menghindar diri lansung dari sengatannya. Dengan jarak berjuta kilometer dari bumi saja, panas matahari mampu membuat manusia mengalami dehidrasi. Bahkan dimusim panas yang berkepanjangan, sengatan matahari bisa memusnahkan ekologi mahluk hidup bumi.
Begitu mematikannya sehingga pernahkah terbayang dalam benak kita untuk melihat
betapa mengerikannya jika pada suatu siklus pergeseran galaksi menempatkan matahari
berdekatan dengan bumi? Apa yang terjadi dengan mahluk bumi? Tentu saja pemusnahan
mahluk bumi secara masal. Jangankan manusia yang kulitnya gampang melepuh, pohon,
bangunan dan semua elemen bumi pastilah terbakar dan menjadi debu.
Menurut hasil penelitian, matahari yang terkesan angker itu ternyata hanyalah sebuah
bintang yang relative kecil dibandingkan dengan bintang-bintang raksasa yang beredar di galaksi Bimasakti. Namun, jika dibandingkan dengan ukuran bumi, maka besar matahari jauh lebih besar. Andaikan matahari dianggap setitik debu kecil saja di antara bintang-bintang di galaksi Bimasakti, maka apalah artinya Bumi ini. Andailah bumi di antara galaksi Bimasakti saja, hanyalah superdebu yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop, lalu dalam skala yang sama, bagaimana keberadaan fisik manusia? Ternyata manusia hanyalah super debu di antara galaksi Bimasakti yang luas ini, yang barangkali tidak teramati, lebih-lebih bila dibandingkan dengan alam semesta.
Begitu kecilnya manusia jika diperbandingkan dengan alam semesta menunjukkan bahwa
manusia adalah mahluk yang kerdil yang jika alam semesta tidak menghendaki, mereka bisa dimusnahkan. Masih adakah alasan bagi manusia untuk menyombongkan diri di dunia ini?
Manusia hanyalah setitik debu yang super kecil, yang menurut kepercayaan mereka berasal dari abu dan suatu saat akan kembali menjadi abu. Kekerdilan ini seharusnya tidak membuat manusia menjadi sombong dan serakah. Tidak membuat manusia ingin menguasai alam dan semena-mena memperlakukan alam.
Matahari adalah contoh penguasa bumi yang rendah hati. Dia memiliki kekuatan untuk
memusnahkan bumi dengan isinya, namun dia tidak melakukan itu. Disisi lain manusia dengan kekerdilannya berlaku sombong ingin menguasai bumi dengan isinya. Manusia merusak alam, melakukan ekspoloitasi yang tidak bertanggungjawab, menguras seisi bumi, memusnahkan mahluk lain dan berkata sombong bahwa merekalah penguasa bumi. Akibatnya apa yang kita lihat, bumi bergejolak. Bencana alam memusnahkan manusia, tsunami, banjir, letusan gunung merapi, kerusuhan, konflik dan peperangan. Rasa takut, kecurigaan, tiada kebebasan adalah deretan akibat yang ditimbulkan dari kesombongan dan keserakahan manusia tadi. Ulah-ulah yang najis itu memukul manusia sediri dan membuat mereka terhempas kedalam jurang penderitaan.

03 March 2010

Kiat Sukses Menulis Buku ala Safir Senduk

Menurut Safir Senduk -seorang perencana keuangan di negeri ini- Ada kiat-kiat supaya berhasil dalam menulis buku.
Pertama, jangan melulu berkutat di topik-topik yang sudah basi. Contoh: “Kalau Mau Kaya? Buka Usaha Dong…!”. Waduh, itu basi banget! Udah berulang-ulang kali dibahas orang. Lewatin saja topik begitu.
Kedua, sesuaikan gaya bahasa dengan pasar yang ingin dituju. Lha, kalau bukunya adalah buku populer, jangan pakai gaya bahasa yang teoritis. Nanti orang cepet ngantuk.
Ketiga, nggak usah terlalu tebal. Kalau bukunya buku populer, biasanya orang nggak begitu suka kalau tebal.
Keempat, minta testimoni untuk ditaruh di belakang buku. Cuma kalau pakai testimoni, kalau bukunya buku populer, nggak usahlah minta testimoni dari orang-orang yang buat sebagian orang ‘ketinggian’. Contoh, saya pernah melihat buku keuangan populer, tapi testimoninya dari orang DPR-lah, menteri inilah, rektor itulah, dan sebagainya. Ketinggian! Nanti orang takut untuk baca.
Kelima, jangan hanya kenalkan diri lewat buku. Miliki juga channel distribusi lain seperti menulis artikel di media massa. Miliki website, kalau perlu dengan nama domain sendiri. Miliki juga nama email dengan domain sendiri, bukan yang gratisan kayak yahoo atau hotmail.
Keenam, selalu konsisten pada tema penulisan yang sama. Kalau nulis tentang perencanaan keuangan, ya sudah nulis perencanaan keuangan aja. Supaya ntar orang gampang kenalnya.
Ketujuh, jangan malu-malu untuk menunjukkan diri. Banyak pengarang yang tidak suka menonjolkan dirinya, tapi lebih suka menonjolkan bukunya. Nggak apa-apa juga. Tapi nanti bukunya nggak akan selaku kalau ia juga mau menunjukkan diri secara personal.
Kedelapan, jalin hubungan baik dengan toko buku. Datang ke toko buku, kenalkan diri dengan Supervisor Penjualan. Jalin juga hubungan baik dengan Divisi Promosi di penerbit.
Sembilan, jangan sombong ketika bersosialisasi dengan orang lain. Ini mungkin klise. Tapi banyak orang yang tidak akan membeli buku kita kalau secara personal dia tidak suka dengan kita. Sayangnya, saya banyak melihat pengarang buku-buku keuangan populer dan wirausaha yang seringkali membuat gap sosial dengan orang lain. Mereka hanya mau bergaul dengan orang yang dia pikir selevel, seperti sesama pengarang, pejabat, dsb. Padahal, laku tidaknya buku kita, lebih banyak karena berasal dari mereka yang memang bukan punya profesi seperti kita.
Sepuluh, terus belajar, terutama dari orang-orang Indonesia sendiri. Tempat untuk belajar ada banyak sekali, salah satunya adalah di seminar. Tapi jangan salah, banyak pengarang buku keuangan populer dan wirausaha yang gengsi kalau hadir di seminar dengan pembicara orang Indonesia, tapi mau hadir kalau pembicaranya adalah orang asing, bahkan kalau nama orang asing itu belum pernah terdengar sebelumnya. Kita ini terlalu luar negeri minded. Apa-apa yang dari luar negeri itu dianggap baik. Padahal, kalau kita mau belajar dari sesama orang Indonesia, kita akan dapat ide-ide baru dan segar yang justru lebih membumi. Belajar juga dari milis-milis. Salah satunya adalah milis PenulisBestSeller@yahoogroups.com.

Penulis sukses adalah penulis yang bisa mengkomunikasikan ide-idenya kepada pembaca, dan pembaca bisa menerima ide-ide tersebut tanpa merasa dipengaruhi. Seorang penulis sukses saran saya sebaiknya tidak hanya menulis untuk branding. Tapi untuk idealisme. Penulis yang menulis dengan maksud untuk bisnis, menurut saya hanya akan terjebak pada persaingan yang tidak sehat dengan sesama penulis lain yang menulis topik yang sama. Tetapi, bila seorang penulis menulis untuk idealisme, untuk memberikan sesuatu berupa edukasi kepada pembaca, ini berarti dia sudah mencapai level tertinggi dalam menulis, yaitu memberikan sesuatu untuk masyarakat.

Pesan saya, kunci menulis itu sederhana saja: menulis, menulis, dan menulis lagi. Praktik, praktik, dan praktik lagi. Karena semua orang bisa menulis.(ez) dari pembelajar.com

25 January 2010

Makna Kegagalan Dalam Hidup Kita

Makna Kegagalan Dalam Hidup Kita


Dibeberapa buku seri Rich Dad, Kiyosaki mengungkapkan bahwa orang-orang disekeliling
kita bisa saja membunuh tujuan kita dan menciptakan diri kita gagal. Orang-orang negatif itu akan berkata:
"Kamu tidak bisa melakukannya"
"Itu terlalu beresiko"
"Tahukan Anda berapa banyak orang yang telah gagal?"
“Jangan bodoh" atau
"Saya telah mencobanya dan itu tidak bisa berjalan."

Sebagai manusia dengan habitus baru yang terus memperbaiki diri, citra diri, atau pencarian jati diri yang positif akan sangat menentukan seseorang dalam perjalanan hidupnya.
Kesuksesan dan kegagalan akan menghampiri manusia selama dia berkarya (baca bekerja), Selama seseorang masih punya cita-cita dan harapan, selama itu juga kegagalan akan selalu menghantui.
Membangun jati diri sama halnya dengan membangun rumah. Menciptakan jati diri butuh pondasi yang kuat, yang terencana, yang indah, yang berguna bagi orang-orang disekeliling kita.
Seperti halnya rumah yang perlu konstruksi kuat, perencanaan yang matang, pemilihan bahan bangunan yang bagus, dan dikerjakan secara maksimal, membangun jati diri juga demikian, butuh proses, butuh perjuangan keringat dan air mata, butuh kegagalan.
Jika kita ingin membangun jati diri yang kuat, bangunlah dari setiap kegagalan yang merasuki kita, bangunlah dari pergolakan jiwa yang kerdil dan mental yang negatif. Bangkitlah menjadi manusia baru yang memiliki habitus baru dalam memandang kehidupan.
Gagal adalah permainan hidup yang nyata. Jangan takut pada kegagalan karena kita punya potensi untuk bangkit kembali meraih keberhasilan dalam bidang apapun yang kita geluti.

"ketika membaca sejarah orang-orang besar, saya menemukan bahwa peperangan
pertama adalah perang terhadap diri sendiri." Demikian Harry S. Trauman berujar. Trauman
bukan satu-satunya orang besar yang berkata demikian, Sidharta Gautama juga dengan lugas berucap "lebih baik mengalahkan diri sendiri dari pada memenangkan seribu pertempuran. Dengan mengalahkan diri sendiri kemenangan adalah miliik kita sepenuhnya."

...
“Tetaplah berjalan maju dan menembak, dengan demikian Anda menambah rasa percaya
diri karena Anda sedang melakukan sesuatu. Anda tidak duduk seperti seekor bebek dalam bak mandi yang sedang siap dimusnahkan.” -George S. Patton
...

“Satu, dua, bahkan sampai tiga kesalahan fatal adalah bukti bahwa seseorang telah
berusaha melakukan sesuatu. Hanya saja seharusnya mereka sudah belajar dari kesalahankesalahan itu.”
...
“Kegagalan tidak berarti Anda tidak akan pernah berhasil, cobalah terus karena Anda
memang harus membayar prosesnya dalam waktu yang cukup lama.”


Sekian, terima kasih dan salam hangat

tain odop

06 January 2010

JANGAN GAMPANG MENYERAH





















JANGAN GAMPANG MENYERAH

Melangkahlah kemana angin perubahan membawamu

Berjalanlah denggan seluruh keyakinanmu

Berlarilah dengan segenap visimu

Berjuanglah dengan segenap komitmenmu

Tiada jalan yang terlalu lurus

Tiada tempat yang terlalu indah

Tiada penderitaan tanpa akhir

Tiada kesedihan tanpa ujung

Kehidupan mengajari manusia dengan jejak-jejak maknanya

Kehidupan memberi kesempatan mempelajari kesalahan

Kehidupan adalah anugerah bagi setiap insan.