23 January 2007

Menjual Diri. Ahhh ada-ada saja

Apa itu Menjual Diri?
Tadi sore (19-12-2006) saya berjalan dikoridor Plasa Ambarukmo, salah satu Mall Terbesar dan terbaru di Jogja. Saya masuk kedalam sebuah outlet penjualan pakaian dengan merek yang cukup terkenal. Seorang gadis SPG langsung menyambut saya dengan ramah.
Jujur saja gadis tsb memang cantik dan bisa membuat siapapun terpesona. Tapi bukan itu yang ingin saya maksudkan dalam tulisan kali ini.
Saya keliling melihat fashion yang didisplay. Dari model terbaru hingga yang udah cukup lawas. Harganya juga super mahal. Harga Satu baju ditempat itu bisa beli 5 baju ditempat lain dengan kualitas yang sama.
Gadis SPG tersebut mengikuti saya dari belakang. Ketika saya melihat satu pakaian yang menarik, dia langsung menjelaskan kelebihan pakaian tersebut.
Saya beralih ke fashion yang lain. Tetap saja SPG tadi mengikuti dari belakang. Pada hal, lagi-lagi saya tidak beli. Saya hanya melihat-lihat.
Dia terus menjelaskan kelebihan setiap pakaian yang saya lihat menarik. Ketika saya coba memegang pakaian tersebut dia tersenyum dan menawarkan dengan tawaran yang menarik sekali.
"Coba aja mas, nggak apa-apa kok" "Ini Baru lho" "Masnya cocok pakai yang warna ini" Dll... Kira-kira demikian tawaran menarik dari SPG ini.
Sebetulnya sih saya agak nggak enak hati untuk tidak membeli, karena udah ditawarin kaya gitu. SSTTT... Apa mau dikata, saya emang lagi nggak berencana beli baju walaupun waktu itu saya punya dana cukup.
SPG ini kelihatannya tidak terlalu mempermasalahkan apakah saya akan beli atau tidak, toh menjual bagi dia adalah menawarkan kepada konsumen apa yang terbaik bagi mereka.
Sampai saya selesai melihat-lihat, gadis tersebut tetap tersenyum manis. Luar biasanya, dia tidak merasa memiliki beban apa-apa dan mengharapkan konsumen untuk membeli. Sambil berlalu dan melihat kearahnya saya berkata "Kamu menjual dengan sangat baik".
Demikian Semoga bermanfaat.


Nistains Odop
Penulis Buku

GAGAL ITU BAIK
Multi Level Marketing Plus
Berbisnis Waralaba Murah
Dayak Berubah Atau mati

19 January 2007

BERITA GEMBIRA DARI PENERBIT BUKU


Hari ini saya saya dapat surat dari Penerbit Andi, isinya menjelaskan bahwa buku pertama saya tentang Pemasaran Jaringan dicetak lagi. Menyenangkan sekali karena karya saya ternyata direspon oleh pasar. Artinya, apa yang ingin saya sampaikan kepada pembaca tercapai.
Bukan masalah berapa besar royalti yang mungkin saya terima, tetapi lebih dari itu adalah sebuah karya yang diminati orang banyak. Kesuksesan buku memang mungkin masih jauh dari saya saat ini, tetapi saya berkeyakinan suatu saat akan ada karya saya yang lain, yang lebih bisa berbicara banyak.
Saya bangga pada buku tersebut karena itu adalah proyek pembelajaran pertama saya. Setelah saya baca ulang, ternyata!!! Banyak hal yang harus saya perbaiki dari buku tersebut. Mulai dari struktur kalimat, ragam bahasa, gaya penulisan, ilustrasi, sampai pada pemilihan judul. Sekarang saya memang belum menjadi penulis handal tetapi beberapa hal tadi sudah saya perbaiki melalui proses pembelajaran. Tentu saja harapan kedepan karya saya yang lain bisa lebih baik dan bermanfaat.
Sekedar tambahan, hingga sekarang saya telah menelurkan 4 karya dan semuanya udah dicetak penerbit. Satu yang pertama tadi adalah Multi Level Marketing Plus, kedua Berbisnis Waralaba Murah, ketiga Gagal Itu Baik, keempat Dayak Berubah Atau Mati. Mudah-mudahan tiga judul berikutnya menyusul karena sudah ditangan penerbit dan dalam proses eliminasi.
Apakah tulisan ini bermanfaat bagi anda?
Semoga!!!
So far, My Favorite Book is Gagal Itu Baik

BAGAIMANA MENULIS BUKU

Apa yang membuat saya tergerak untuk memuat artikel ini? Saya kira ada baiknya untuk menambah khasanah pengetahuan kita mengenai dunia perbukuan. Sukses orang-orang seperti Hermawan Kartajaya, Arswendo Atmowiloto, Gede Prama, Andrias Harefa, Tung Desem Waringin, Anand Krishna, Handi Irawan, Roy Sembel, Safir Senduk, dll, dalam menulis buku sering menjadi contoh yang menggoda atau bahkan memprovokasi kita untuk mewujudkan impian menjadi seorang penulis buku.
Barangkali kamu pernah mendengar cerita Madonna yang masih mampu meluangkan waktu menulis buku untuk anak-anak berjudul The English Roses dan Mr. Peabody’s Apples. Seorang ibu rumah tangga bernama JK. Rowling dengan buku terkenalnya Harry Pooter yang mengantarnya menjadi penulis terkaya. Atau Rachmania Arunita pengarang novel Eiffel I'm in Love, yang menyelesaikan novel best seller itu saat ia masih di bangku SMU. Simak si gadis cilik Sri Izzati yang berhasil menyelesaikan novel setebal 145 halaman berjudul Powerful Girls saat usianya baru 8 tahun. Mereka nampak begitu mudahnya menulis buku! Apakah ini sebuah bakat, tuntutan, atau keinginan kuat saja? Saya pikir kamu semua punya pandangan yang beraneka ragam.
Apa pun latar belakang kehidupan kamu, dan apa pun yang saat ini telah kamu lakukan, selalu ada sisi-sisi kemanusiaan dan cerita menarik atau hal unik lainnya yang bisa dibagikan kepada orang lain. Menulis buku itu ibarat bercerita kepada seorang sahabat mengenai sesuatu. Apakah itu cerita tentang ilmu pasti, pengetahuan sosial, perasaan, cinta, persahabatan, konflik, kepercayaan-agama, mistis atau apa pun.
Buku adalah jembatan untuk berbagi kepada orang lain secara lebih utuh. Persoalannya, untuk mewujudkan keinginan menulis buku tersebut, pertama-tama kamu harus menyingkirkan aral mental yang beranggapan bahwa menulis buku itu terlalu sulit untuk dilakukan. Bahwa menulis buku itu butuh kepintaran. Singkirkan pula hambatan mental yang menyatakan bahwa kamu butuh bakat khusus mengenai menulis, hambatan bahwa kamu miskin ide dll. Demikian kata Edi Zaqeus penulis best seller "Resep Cespleng Menulis Buku Best Seller".
Saran saya, sejak saat ini milikilah keyakinan terlebih dahulu, bahwa kamu punya bakat, bahwa kamu menyenangi dunia ini, bahwa ini salah satu ekspresi dan aktualisasi diri. Dengan demikian kamu akan mampu mengeliminasi berbagai hambatan utama dan makin terdorong untuk memulai. Kamu akan mampu mengatur waktu, pasti bisa menggali ide, dan kamu pun berani berlatih, berlatih dan berlatih untuk itu.
Nah, yang terpenting di sini adalah kamu harus memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk menulis. Mengenai kesibukan, waktu, fasilitas, dan lain sebagainya hanyalah sebuah alasan pembenar untuk tidak mencoba.
Hal yang paling sulit adalah memulai, dan inilah penyakit kebanyakan orang. Kamu bisa saja berfikir besok saya kerjakan tetapi pada kenyataannya besok pagi kamu tetap saja berfikir besoknya lagi. Pada akhirnya kamu tidak pernah menulis satu kalimat pun. Jangankan satu lembar kertas atau draft tema buku. Judul pun akhirnya tidak pernah ditulis. Jangankan mengirimkan naskah ke penerbit, nge-Print tulisan pun tidak.
Demikian deh, aku pikir tergantung motivasi kamu lagi, sejauh mana kamu menghendaki hal ini terjadi. Menulis buku bisa mendatangkan duit, membuat kamu dikenal, membuat dirimu lebih berharga, trus ada unsur aktualisasinya juga kok. Katanya Andrias Harefa sih Jadilah Manusia Pembelajar.
Pesan saya, kunci menulis itu sederhana saja: menulis, menulis, dan menulis lagi. Praktik, praktik, dan praktik lagi. Karena semua orang bisa menulis kata Safir Senduk.
Demikian aja ya…

www.nistainsodop.blogger.com