19 January 2007

BAGAIMANA MENULIS BUKU

Apa yang membuat saya tergerak untuk memuat artikel ini? Saya kira ada baiknya untuk menambah khasanah pengetahuan kita mengenai dunia perbukuan. Sukses orang-orang seperti Hermawan Kartajaya, Arswendo Atmowiloto, Gede Prama, Andrias Harefa, Tung Desem Waringin, Anand Krishna, Handi Irawan, Roy Sembel, Safir Senduk, dll, dalam menulis buku sering menjadi contoh yang menggoda atau bahkan memprovokasi kita untuk mewujudkan impian menjadi seorang penulis buku.
Barangkali kamu pernah mendengar cerita Madonna yang masih mampu meluangkan waktu menulis buku untuk anak-anak berjudul The English Roses dan Mr. Peabody’s Apples. Seorang ibu rumah tangga bernama JK. Rowling dengan buku terkenalnya Harry Pooter yang mengantarnya menjadi penulis terkaya. Atau Rachmania Arunita pengarang novel Eiffel I'm in Love, yang menyelesaikan novel best seller itu saat ia masih di bangku SMU. Simak si gadis cilik Sri Izzati yang berhasil menyelesaikan novel setebal 145 halaman berjudul Powerful Girls saat usianya baru 8 tahun. Mereka nampak begitu mudahnya menulis buku! Apakah ini sebuah bakat, tuntutan, atau keinginan kuat saja? Saya pikir kamu semua punya pandangan yang beraneka ragam.
Apa pun latar belakang kehidupan kamu, dan apa pun yang saat ini telah kamu lakukan, selalu ada sisi-sisi kemanusiaan dan cerita menarik atau hal unik lainnya yang bisa dibagikan kepada orang lain. Menulis buku itu ibarat bercerita kepada seorang sahabat mengenai sesuatu. Apakah itu cerita tentang ilmu pasti, pengetahuan sosial, perasaan, cinta, persahabatan, konflik, kepercayaan-agama, mistis atau apa pun.
Buku adalah jembatan untuk berbagi kepada orang lain secara lebih utuh. Persoalannya, untuk mewujudkan keinginan menulis buku tersebut, pertama-tama kamu harus menyingkirkan aral mental yang beranggapan bahwa menulis buku itu terlalu sulit untuk dilakukan. Bahwa menulis buku itu butuh kepintaran. Singkirkan pula hambatan mental yang menyatakan bahwa kamu butuh bakat khusus mengenai menulis, hambatan bahwa kamu miskin ide dll. Demikian kata Edi Zaqeus penulis best seller "Resep Cespleng Menulis Buku Best Seller".
Saran saya, sejak saat ini milikilah keyakinan terlebih dahulu, bahwa kamu punya bakat, bahwa kamu menyenangi dunia ini, bahwa ini salah satu ekspresi dan aktualisasi diri. Dengan demikian kamu akan mampu mengeliminasi berbagai hambatan utama dan makin terdorong untuk memulai. Kamu akan mampu mengatur waktu, pasti bisa menggali ide, dan kamu pun berani berlatih, berlatih dan berlatih untuk itu.
Nah, yang terpenting di sini adalah kamu harus memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk menulis. Mengenai kesibukan, waktu, fasilitas, dan lain sebagainya hanyalah sebuah alasan pembenar untuk tidak mencoba.
Hal yang paling sulit adalah memulai, dan inilah penyakit kebanyakan orang. Kamu bisa saja berfikir besok saya kerjakan tetapi pada kenyataannya besok pagi kamu tetap saja berfikir besoknya lagi. Pada akhirnya kamu tidak pernah menulis satu kalimat pun. Jangankan satu lembar kertas atau draft tema buku. Judul pun akhirnya tidak pernah ditulis. Jangankan mengirimkan naskah ke penerbit, nge-Print tulisan pun tidak.
Demikian deh, aku pikir tergantung motivasi kamu lagi, sejauh mana kamu menghendaki hal ini terjadi. Menulis buku bisa mendatangkan duit, membuat kamu dikenal, membuat dirimu lebih berharga, trus ada unsur aktualisasinya juga kok. Katanya Andrias Harefa sih Jadilah Manusia Pembelajar.
Pesan saya, kunci menulis itu sederhana saja: menulis, menulis, dan menulis lagi. Praktik, praktik, dan praktik lagi. Karena semua orang bisa menulis kata Safir Senduk.
Demikian aja ya…

www.nistainsodop.blogger.com

No comments: