Masyarakat moderen banyak yang beranggapan bahwa membangun rumah bernuansa etnik itu tidak menarik, namun tidak demikian bagi mereka yang mencintai kebudayaan lokalnya.
Rumah sebagai ekspresi pribadi bagi yang mencintai kebudayaan, tentulah memiliki ikatan emosional yang kuat dengan si pemilik. Unsur etnik yang kental pada bangunan rumah akan mencerminkan identitas lokal yang kaya nilai historis.
Masyarakat kita mulai tertarik dengan sesuatu yang berbau masa lalu. Rumah etnik, fashion etnik, makanan lokal dan banyak hal lain lagi yang tentulah bercirikhas daerah atau lokal.
Entah apakah ini karena adanya pengaruh dari kampanye Back to Nature atau efek dari seruan dunia internasional untuk megurangi efek rumah kaca dan pemanasan global?, kita belum bisa menarik sebuah benang merah dan menyimpulkan hal itu sebagai alasan dasar orang tertarik akan rumah etnik. Yang jelas, eforia arsitektur moderen membuat masyarakat pecinta budaya ingin kembali ke sifat kelokalannya.
Disamping pilihan-pilihan akan rumah bergaya mediterania, arabic, tropis, moderen, sampai minimalis, rumah bergaya etnik semakin hari semakin diminati. Banyak para pemilik rumah yang menghendaki tempat tinggalnya dirancang berdasarkan etnis tertentu. Tentu saja hal ini merupakan langkah yang sangat baik karena selain mencerminkan keberadaan identitas pemilik, keberadaan bangunan berciri khas etnik juga mampu mempertahankan dan mengangkat kekayaan budaya kita.
Namun tentulah tidak mudah juga membangun rumah bernuansa etnik, selain karena biaya yang jauh lebih mahal karena banyaknya unsur2 etnisitas dan ornamen didalam bangunan, bahan-bahan yang dipakai untuk membngun rumah juga harus disesuaikan dari daerah asalnya. Dan satu hal yang perlu dipahami bagi pekerja seni terutama Arsitek adalah bahwa membangun rumah etnik butuh sedikit kesabaran. untuk memasukan unsur yang cocok kedalam rancangan rumah dibutuhkan sebuah kreasi unik sehingga tidak melepaskan nilai-nilai kultural dan ideologis pada rumah etnik.
Yang pasti, keindahan, nostalgia masa lalu, identitas diri, dan unsuk kelokalan budaya bisa diangkat dari sebuah rumah. Rumah tidak lagi hanya sekedar tempat berteduh, melainkan sebagai rung ekspresi dan jati diri pemilik.
Tain Odop, Arsitek freelance, Penulis dan Mahasiswa.
*Gambar Rumah Rancangan Tain Odop 2007-2008