Sabtu, 28 Maret 2009
Rintik hujan yang diiringi gemuruh air terjun mini disebuah café sore ini membuat pikiran dan konsentrasiku semakin kuat. Jari-jari ini terus menekan keyboard laptop, terpesona oleh bayangan imajinasi pikiran yang sedang tertuang kedalam sebuah naskah buku baru. Dalam pikiran yang terkadang rusak oleh kemalasan ini, “naskah buku ini harus selesai dalam waktu satu bulan kedepan”. Hebat… pikirku jika bisa mematuhi dead line pribadi tersebut.
Suasana di cafe yang tidak jauh dari terminal concat jogja ini memang bersahabat. Café-café kecil yang terbuat dari bambu dengan bahan atap dari ilalang, konstruksi yang serba alami semakin menunjukkan karakternya sebagai café yang berjiwa naturalis. Ah… aku juga makin terpesona oleh permainan ikan mas, bawal serta ikan nila yang bersenda gurau dikolam kecil dibagian belakang café itu.
Hujan sore itu cukup ampuh mengajak imajinasiku untuk focus pada pekerjaan rumah ini. Menulis, menulis dan menulis. Walau terkadang sindrom rasa bosan menyerang, mau ga mau harus tetap bangkit kembali untuk menulis lagi.
Di cafe ini suasana begitu bersahabat, menambah keyakinan jari-jari ini untuk tetap bermain dengan paragraph buku. Bermain dengan tuts abjad laptop dan menambah halaman demi halaman lembaran naskah buku. Rasanya begitu lengkap, nikmat, bagaikan hirupan segelas kopi dikala pagi ceria.
Dibagian lain sisi air terjun mini itu satu, dua, tiga bahkan empat pemuda sedang asik mengayunkan pancing mereka dipinggiran air terjun. Berharap akan seekor ikan besar untuk oleh-oleh pulang kerumah. Mereka asik, aku juga asik. Mereka nyaman dengan pancingnya, aku juga nyaman dengan hobi mlototin monitor laptopku.
Pikiran ini terus menjalar, menerkam setiap kata yang melintas, mengetik setiap syair nyanyian jiwa. Sebuah lentera penyejuk hati tersirat dari alinea yang ada. Betul, aku sedang menulis buku bertemakan psikologi. Bagiku semangat yang lagi redup harus dibangkitkan kembali dengan membaca syair-syair penyejuk jiwa, kata-kata pembangkit gelora hati. Dan suasana yang natural ini mampu menyuntikkan kejernihan pikiran dalam diriku sehingga mereka menyatu dalam buaian kehendak suci. Harapannya, dikemudian hari akan banyak jiwa-jiwa yang tersirami oleh kebijaksanaan dari naskah ini.
Di cafe ini suasana begitu bersahabat, menambah keyakinan jari-jari ini untuk tetap bermain dengan paragraph buku. Bermain dengan tuts abjad laptop dan menambah halaman demi halaman lembaran naskah buku. Rasanya begitu lengkap, nikmat, bagaikan hirupan segelas kopi dikala pagi ceria.
Dibagian lain sisi air terjun mini itu satu, dua, tiga bahkan empat pemuda sedang asik mengayunkan pancing mereka dipinggiran air terjun. Berharap akan seekor ikan besar untuk oleh-oleh pulang kerumah. Mereka asik, aku juga asik. Mereka nyaman dengan pancingnya, aku juga nyaman dengan hobi mlototin monitor laptopku.
Pikiran ini terus menjalar, menerkam setiap kata yang melintas, mengetik setiap syair nyanyian jiwa. Sebuah lentera penyejuk hati tersirat dari alinea yang ada. Betul, aku sedang menulis buku bertemakan psikologi. Bagiku semangat yang lagi redup harus dibangkitkan kembali dengan membaca syair-syair penyejuk jiwa, kata-kata pembangkit gelora hati. Dan suasana yang natural ini mampu menyuntikkan kejernihan pikiran dalam diriku sehingga mereka menyatu dalam buaian kehendak suci. Harapannya, dikemudian hari akan banyak jiwa-jiwa yang tersirami oleh kebijaksanaan dari naskah ini.
Salam dari sudut kota, disebuah café natural.