24 November 2009

Makna Kejujuran Bagi Hidup Kita

Banyak diantara kita yang tidak berani memandang dirinya dicermin yang cukup besar. Ketika mereka bercermin, mereka hanya melihat tampak depan saja tanpa pernah membayangkan isi keseluruhan dari fisiknya. Entahlah apa yang mereka lihat ketika memandang casing tampak depan itu? Mungkinkah hanya sekedar bercermin, melihat penampilan dan menyisir rambutnya? Atau lebih dari itu? Sepertinya kita perlu merenungkan keberadaan kita per beberapa detik untuk menilai makna ketika kita didepan cermin.
Bicara tentang kehidupan, memang bicara mengenai masa sekarang, mengenai masa yang sedang dijalani saat ini. Tak peduli apapun yang telah terjadi itu semua nyata adanya, dan entah apakah itu sempurna atau tidak, setiap orang punya tolok ukurnya masing-masing. Jangan menoleh terlalu lama kebelakang ataupun terlalu memikirkan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Pikiran mengenai mobilitas hidup, persaingan dan kualitas telah mengarahkan perilaku manusia pada jalur yang serba cepat tanpa ruang bagi dirinya sendiri untuk berefleksi membaca pikiran nurani. Manusia tidak lagi menyadari esensi keberadaannya didunia ini, bahkan mengetahui warna pakaian yang sedang dipakainya pun tidak.
Duduklah di rerumputan atau di bawah sebuah pohon, merenung tentang jubah dan kebesaran pencipta jubah, merasakan putaran bumi, keagungan angkasa raya, dinginnya udara yang menerpa wajah adalah bagian dari pencarian kekayaan sejati. Dari pergumulan menuju suara batin itu, manusia akan melihat bahwa kaya raya dengan cinta adalah kekayaan terbesar dalam hidup.
Berkeheninglah, rasakan kehangatan sinar matahari pagi. Tersenyumlah pada langit yang luas, ucapkan salam pada lebah yang beterbangan dan semua binatang yang tertangkap sinar mentari. Berjalan-jalanlah di taman atau mendaki perbukitan. Kedekatan dengan alam dapat membawa kesadaran betapa hidup ini penuh makna. Manusia adalah bagian kecil dari jagat raya yang maha luas ini. Mobilitas dan kuatitas perjalanan hidup dewasa ini telah menghapus ruang jiwa manusia untuk menyatukannya dengan semesta bahwa jubah putih mereka adalah pembawa pesan kehidupan. Manusia berpikir mengenai kehidupan yang penuh dengan gejolak dan persaingan sehingga mereka tidak menyadari jubah putih kehidupan yang sedang dipakainya. Manusia terkadang terlena dengan apa yang dimilikinya sehingga dia ibarat terperangkap dalam sebuah topeng kehidupan yang indah namun penuh omong kosong.
Kenali dan sadari diri kita adalah pribadi yang luar biasa dan unik, yang menjadi salah satu bagian dari alam semesta ini, yang mencintai segala kejujuran dalam hidup. Lakukan meditasi, atau duduk tenang dikesunyian dan nikmati saat-saat itu. Baca buku-buku keagamaan atau panduan kepribadian yang membawa pesan positif dan membuat kita merasa kuat.
Jangan lupa bersyukur atas kehidupan, keluarga, kesehatan, orang-orang yang kita cintai, semua hal yang kita miliki, rumah, kendaraan, sahabat, orang-orang yang mencintai kita, serta kebahagiaan dan kegembiraan yang melingkupi hidup kita. Beri kesempatan pada diri kita untuk merasa rileks dan memanjakan diri. Ruang jiwa juga butuh keteduhan dan mereka perlu perhatian dari sang pemiliknya agar tidak telantar begitu saja. Cintai diri Anda dan gunakan kata-kata positif inspiratif untuk memberi dorongan. Bicaralah dengan penuh kasih dan ketulusan dari dasar hati karena itu semua merupakan kejujuran yang hakiki.

No comments: