08 November 2007

KEBERHASILAN ITU BUAH KRISTALISASI KERINGAT


Ket Gambar: Penulis bersama Pastor Maessen (tengah) dan AL. Yan Sukanda (kanan), dua peraih penghargaan kebudayaan nasional 2007, yang diserahkan oleh menteri kebudayaan dan pariwisata di Prambanan Jogjakarta.


Saya teringat dengan cerita sukses si Tukul Riyanto Arwana yang akrab dipanggil Tukul. Dengan ucapan entengnya “kristalisasi keringat”, Tukul Arwana mencoba mengingatkan kita akan proses perjalanan panjang perjuangannya untuk benar-benar meraih keberhasilan. Hanya berbekal ijazah SMU dengan nilai yang pas-pasan tentu saja bayangan meraih kehidupan yang berkecukupan dan melimpah sangat jauh dari perkiraan kita. Si Tukul mencoba menentang kerasnya kehidupan di Jakarta, melakukan pekerjaan apa saja yang penting halal. Menjadi sopir angkutan umum, ikut menjadi pelawak dari satu kampung kekampung lain, dari peran figuran hingga menjadi tokoh utama.
Perjalanan Tukul panjang sekali, sebuah proses “kristalisasi keringat” yang menguras energi dan tenaga, kadangkala dia harus merendahkan harga dirinya. Tukul mematahkan persepsi buruk akan ketidakberhasilan, dia berusaha memaksimalkan potensi dirinya sebagai pelawak metropolis yang menyanjung kehidupan “ndeso” dalam balutan segar yang disenangi banyak orang. Dari proses perjalanan dan perang terhadap keterbatasan diri, Tukul menjadi sosok yang dipandang berhasil luar biasa didunia hiburan lawak negara ini. Tukul telah melakukan metamorfosis diri dengan memaksimalkan kemampuan kecilnya sebagai seorang pelawak. Seseorang yang telah mencapai semua keinginannya biasanya mengalami perubahan mental, pola pikir, gaya hidup dan cara bertindak, dan Tukul Arwana yang dikenal lugu dan kocak pada awalnya, telah meraih tingkat kepercayaan diri pada fase ini.
Kita semua tahu, perjalanan hidup memang panjang dan melelahkan, dan kita semua tahu bahwa hidup ini adalah perjuangan tiada akhir. Hidup merupakan persoalan perjuangan dan dia akan berakhir ketika kita menyerahkan nafas terakhir pada kehadirat Yang Maha Kuasa. Berusahalah menghargai kehidupan ini dengan menerima setiap proses dan pukulan secara lapang dada, jangan terpuruk mental disaat terpaan badai kehidupan menimpa Anda, jangan menangis pilu takkala kesedihan terbesar menghampiri. Inilah jalur yang harus ditempuh dan Tuhan membuat jalur itu benar adanya bagi masing-masing orang, terimalah sebagai anugerah terindah dalam hidup.
Saya teringat mengenai cerita orang kaya Vietnam Le Van Vu yang pernah saya tulis dalam buku pertama saya (Multi Level Marketing plus) terbitan Andi Offset. Sebagai orang terkaya dinegara tersebut pada masa perang, Le menjadi incaran pejabat dan penjajah karena kekayaannya. Ayahnya dibunuh, kekayaannya dirampas pemerintah dan dia menjadi orang kerdil yang menderita lahir batin. Le pernah hendak bunuh diri karena tidak kuat menerima kenyataan hidup yang paling dahsyat tersebut. Kemudian Le Van Vu dan isterinya pindah dari Vietnam ke Amerika melewati perjalanan laut dan mencoba memulai kehidupan baru dinegara ini dengan semangat dan peruntungan baru. Mereka tidak memiliki apa-apa ketika tiba di Amerika dan bekerja dengan salah satu saudaranya disana. Dengan perjuangan luar biasa, Le Van Vu dan isterinya bisa melanjutkan hidup dan berusaha bangkit kembali mendapatkan kehidupan mereka yang layak.
Kehidupan memang mendidik manusia dengan kejam, namun kehidupan juga memberikan peluang baru bagi manusia untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Semoga cerita heroik tadi bisa memberi Anda semangat baru untuk berjuang bangkit kembali dan meraih keberhasilan. “Jadilah seseorang yang terbuka terhadap kemungkinan. Segelap apa pun tampaknya keadaan atau memang segalanya serba gelap, pandang dan lihatlah kemungkinan-kemungkinan baru, carilah selalu karena semua kemungkinan itu ada.” Demikian kata Norman Vincen pale.

No comments: