20 November 2008

Wasiat Kehidupan: KAYA HATI



Kaya Hati Untuk Meraih Kebahagiaan


Salah satu kebenaran dari sebuah kalimat kebijaksanaan yang masih saya akui ampuh hingga sekarang adalah kata “Mencari Musuh itu Gampang”.
Ketika masa kecil dimana pola pikir anak-anak saya masih membungkus kekosongan ruang hati, kebenaran kata bijak tadi tidaklah dianggap benar. Dalam pemahaman yang masih hijau itu, ‘musuh’ masih tergambar sebagai sosok seseorang yang mengangkat senjata dan melawan pihak lain untuk sebuah kemenangan.
Tidak ada kamus dalam pikiran saya waktu itu kalau musuh ternyata bisa berupa lain bentuk. lain pengertian, semisal musuh dalam persahabatan, musuh dalam cinta dan musuh dalam kebahagiaan.
Setelah cukup dewasa dan memahami arti kehidupan, pergaulan, lebih-lebih persahabatan, kebijaksanaan itu mulai menemukan titik terang. Musuh sudah tidak dipandang lagi sebagai sosok yang hanya mengangkat senjata, melainkan sudah dalam bentuk yang lebih komplek. Katakanlah musuh dalam pertemanan atau persahabatan.
Semakin banyak melewati fase kehidupan, semakin banyak pula saya belajar tentang kebenaran kalimat tadi. Pantas saja kalau orang-orang bijak berkata “peliharalah hubungan baik dengan siapapun”. Tadinya saya pikir perkataan ini adalah lelucon yang cukup untuk ditertawakan oleh anak muda seusia saya.
Mencari musuh itu gampang, yang tidak gampang adalah mencari sahabat pasca bermusuhan. Ini persoalan hati, persoalan meyembuhkan luka yang terpatri didalam. Seorang sahabat bisa saja mengatakan “aku telah memaafkanmu”, namun apakah keadaan bisa langsung baik dan kembali normal? Tidak semudah itu tentunya, karena masih ada tunggul-tunggul pemisah yang bernama persoalan masa lalu.
Persoalan penyembuhan luka batin adalan persoalan memperbaiki hubungan antara dua pihak. Musuh mungkin saja tidak terlihat secara blak-blakan, atau tidaklah dengan lantang mereka akan berkata akan memusnahkan anda, namun secara halus dia akan membuat perhitungan dalam bentuk yang berbeda. Menjauh, memisahkan diri, melakukan perlawanan bawah tanah dan membentuk sebuah gambaran buruk tentang anda. Mengatakan bahwa anda buruk, tidak bisa dipercaya, tidak kredibel, kasar, egois dan lain sebagainya. Sebuah image baru yang dipatri dan menjatuhkan martabat harga diri tentunya.
Sebuah hubungan yang sudah remuk redam terpecah belah ibarat kaca mobil yang hancur karena benturan keras, tidak mungkin dibenarkan lagi dengan sempurna. Dia tidak seperti program disebuah komputer yang jika hilang masih ada back up nya atau jika di undo, data yang rusak atau hilang tadi masih bisa kembali lagi. Persoalan luka batin sulit ditanggulangi karena hanya kebesaran jiwalah yang bisa mengobatinya.
Banyak sahabat yang tiada memahami arti penting hubungan baik, mereka hanya berhubungan baik kalau ada maunya. Ketika saya butuh kamu, saya akan mendekat. Demikian beberapa kejadian yang akan dilalui dalam kehidupan kita.
Disisi lain anda dan saya terlalu berfikir sempurna dan berharap semuanya sempurna seperti apa yang kita inginkan, padahal kehidupan dan hubungan sosial tidaklah demikian sempurna. Kita mencurigai orang lain, meragukan mereka dan berpandangan yang buruk. Semisal: Persoalan hati. Anda tidak percaya, terlalu curiga, lalu anda marah, geram, menerkam.
Persoalan lain adalah persoalan otak yang tidak bijaksana.
Terkadang kita beranggapan bahwa kebenaran itu tunggal. Jadi kalau anda benar, maka yang lain pastilah salah. Kalau kita salah, belum tentu orang lain dianggap benar. Kita berpandangan bahwa kitalah yang paling bijak, padahal belum tentu bijaksana. Hal-hal seperti itulah yang menyulutkan permusuhan. Sederhana saja kelihatannya, namun mampu memisahkan satu persahabatan menjadi musuh abadi.
Kalau sudah bermusuhan, sepertinya sangat sulit untuk menyembuhkan permusuhan itu. Ibarat menyambung tali yang sudah putus menjadi seperti sediakala atau meluruskan benang yang kusut tentulah sulit dan bahkan tidak akan sesempurna sebelumnya.
Seandainya hidup sesederhana apa yang kita pikirkan dan sempurna seperti yang kita bayangkan, alangkah gampangnya menjalani hidup hari demi hari. Tetapi sekali lagi, hidup tidaklah seperti itu. Sang Pencipta saja membutuhkan 6 hari untuk membuat alam semesta dan satu hari (hari ke 7) untuk istirahat. Setelah alam semesta tercipta Sang Pencipta juga harus membangun elemen dan sistem dalam semesta itu agar semua berjalan baik.
Tentu saja ciptaannya tidak semuanya sempurna. Mahluk yang paling sempurna dari mahluk lain hanyalah manusia. Dan manusiapun ternyata masih memiliki kekurangan yakni bisa jatuh sakit, bisa meninggal dunia, kurang kekuatan mental, kurang organ tubuh (bagi yang cacat), takut mahluk lain dan bahkan takut sesamanya sendiri.
Hidup ibarat permainan yang rumit sehingga berkaca pada alam saja sangat sulit melihat makna-makna yang dipelajari darinya. Kita seperti berada dikamar yang berantakan yang tidak tahu meletakkan barang kesayangan dimana posisinya. Mungkin tertimbun barang lain sehingga jangankan menemukannya, menebak kira-kira posisinya saja tiada gambaran.
Menyembuhkan luka hati membutuhkan energi yang lebih banyak. Untuk itu janganlah mencari musuh, berusahalah membuat hubungan tetap baik sehingga kekayaan sejati bisa menghampiri anda dalam balutan cinta yang murni.
Karena itulah orang-orang seperti Paus Yohanes II, Bunda Teresa, Nelson Mandela, Dalai Lama dipandang sebagai orang-orang kaya hati yang bijaksana tanpa memiliki rasa dendam dalam hidupnya. Mereka bisa bersahabat dengan siapapun termasuk dengan musuh-musuhnya. Takkala mereka berdiri dikerumunan manusia, mereka akan memancarkan aura persahabatan. Sampai-sampai musuh pun tersenyum padanya dan mengakui kebesaran jiwa orang-orang seperti ini.

1 comment:

Anonymous said...

Wah, ada gambar waru merah hatinya nich...

Pasti penulisnya penuh dengan cinta, hehehe...(bercanda)

Apa kabar, Bung?
Semoga selalu dahsyat!

Salam,
Agus R