04 June 2009
Buku: 55 WASIAT CINTA DAN KEHIDUPAN
CATATAN EDITOR
Himpitan selalu menyapai dan membebani hidup tiap orang. Orang pun berusaha menghalau tekanan hidup itu dengan pelbagai cara misalnya dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat kita rasakan dari hasil kemajuan dan modernisasi yang dicapai. Modernisasi—di segala bidang—inilah yang menawarkan kemudahan kepada insani. Apakah kita menikmati kehidupan nyaman pada era modernisasi?
Mana kala manusia itu hidup dengan kemudahan-kemudahan yang kita rasakan dalam pelbagai bentuk seperti merasa nyaman, sejahtera, sehat, pandai, mudah mendapatkan keinginan, maka kita merasa bahagia dan senang. Akan tetapi, manusia tertadirkan bukan hanya hidup nyaman, bahagia, dan kesenangan-kesenangan dalam bentuk lain. Manusia juga tidak lepas dari penderitaan, sakit, sedih, susah, lapar, haus, kecewa, dan sebagainya.
Modernisasi dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih justru membuat kehidupan manusia lebih kompleks dan rumit yang berdampak negatif bagi manusia. Dampak negatif itu merupakan masalah yang apa bila antisipasti atau cara penyelesaiannya tidak sesuai atau tak berhasil—justru menambah persoalan baru. Kadar dan tingkat kompleksitas kehidupan yang dihadapi tiap manusia—di kota besar, desa, pantai, gunung, di lintas negara dan benua—berbeda-beda sesuai dengan lingkungan.
Orang pun berpacu dengan waktu untuk mencapai target sekaligus membebaskan diri dari himpitan hidup. Orang yang tergabung dalam suatu organisasi misalnya di perusahaan harus bekerja lebih keras agar mampu mencapai target yang ditentukan manajemen perusahaan. Segala daya dilakukan untuk mencapai tujuan.
Modernisasi pun seolah-olah menjadikan manusia sebagai fungsi dari waktu. Pencapaian angka maksimal (target) lebih mempesona daripada orang yang mencapai angka itu sendiri. Nilai luhur norma-norma kebersamaan sukar ditemukan di perusahaan atau organisasi yang selalu mematok pencapaian target secara mutlak.
Pemilik perusahaan atau organisasi seakan-akan menjadikan buruh sebagai alat produksi belaka. Apa bila pencapaian target terpenuhi, maka manajemen akan menghargainya melalui promosi jabatan atau menaikan jumlah take home pay yang bersangkutan. Namun, apa bila seseorang gagal merealisasikan targetnya maka dia terancam degradasi yang pada akhirnya menimbulkan suatu penderitaan.
Di lain pihak, seseorang yang sedang berkuasa/memimpin misalnya perusahaan, instansi pemerintah, organisasi politik, dan sebagainya, maka orang atau kelompok itu akan melakukan pelbagai upaya untuk mempertahakan posisinya. Lebih celaka lagi, jika kelompok masyaakat yang merasa lebih kuat dan mayoritas melakukan cara yang bertentangan dengan hati nurani dan kaidah umum untuk mencapai tujuan, namun mengabaikan hak-hak umum dan minoritas.
Tiap invidu yang ingin maju dan berkembang sebaiknya terus memberdayakan diri dengan berbagai cara misalnya mau mentransformasi diri. Penulis buku ini menawarkan gagasan sehingga pembaca mampu membangkitkan spirit, keberanian, nilai-nilai kehidupan, kata hati, suara batin, dan kejujuran dalam menjalankan hidup. Buku ini lebih banyak mengupas mengenai nilai-nilai hidup. Pembelajaran dari arti sesungguhnya hidup manusia, bahwa hidup ini harus menyeimbangkan antara keberhasilan duniawi dengan keberhasilan rohani.
Depok, 1 Mei 2009
Rayendra L. Toruan
Editor
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Seandainya semua insan bisa memahami bahwa kekayaan batin lebih dahsyat dari pada kekayaan materi maka dunia ini akan aman sentosa, agamis dan spiritualis. salam kenal, via di lampung.
Post a Comment