Pagi hari sekitar jam 06.30 saya mendengar seorang ibu rumah tangga sedang bercerita tentang perjalanan hidupnya disebuah stasiun radio swasta Jogjakarta. Ibu ini berumur 27 tahun dan telah menikah dengan seorang pemuda yang umurnya lebih muda satu tahun dari dia. Kehidupan mereka tidaklah mudah dan seindah perjalanan hidup kebanyakan orang. Karena saya lupa akan nama ibu ini saya sebut saja Bu Rina, dengan suaminya Pak Rudi (maaf jika kebetulan nama Anda sama dengan nama sebutan saya ini).
Bu Rina bekerja disebuah bank swasta dengan posisi yang baik dan penghasilan yang cukup untuk kehidupan mereka berdua. Mereka memiliki sebuah rumah indah dan satu unit usaha mini market. Suaminya selain masih menyelesaikan pendidikan sarjana juga sibuk dengan urusan mini market tersebut.
Setelah menikah selama dua tahun ternyata pasangan ini belum dikaruniai seorang anak. Karena kerinduan mereka berdua untuk menimang momongan, Bu Rina pergi kedokter untuk cekup kesehatannya, apakah ada kelainan pada organisasi tubuhnya yang menjadi penyebab kenapa hingga sekarang mereka tidak dikarunia seorang momongan atau ada hal lain yang menjadi penyebab utama. Setelah di cek, dokter tidak menemukan kelainan pada rahim dan beberapa organ tubuh lain selain gejala penyakit yang selama ini dialami Bu Rina yakni penyakit gagal ginjal. Dengan hati yang berat dan sedih, Bu Rina pulang dan menceritakan perihal itu dengan sang suami. Apa mau dikata mereka harus menyerahkan semua ini kedalam rencana Tuhan dan menjalani hidup dengan bijak. Atas anjuran sang suaminya Pak Rudi, Bu Rina meninggalkan pekerjaannya di bank tersebut dan total berprofesi menjadi isteri sekaligus membantu pekerjaan suaminya di mini market dengan harapan mereka berdua akan dikarunia anak. Bu Rina berusaha menjaga kesehatan dan selalu berkonsultasi dengan dokter untuk masalah kesehatan dan hubungan suami isteri, harapan mereka tentu saja dikaruniai seorang anak.
Waktu berjalan terus dan kondisi kesehatan bu Rina (penyakit ginjal) juga tidak semakin baik, sampai waktu itu, belum ada tanda-tanda mereka akan dikaruniai anak. Akhirnya Bu Rina berbicara sekali lagi dari hati kehati dengan suaminya, dengan maksud untuk megeneral cek up kesehatan sang suami. Setelah disetujui dan mereka kedokter, dokter mengungkapkan hasil pemeriksaannya kalau ternyata sang suamilah yang mengalami kemandulan. Dari hasil analisa dokter, peluang mereka berdua untuk mendapatkan anak dari hasil hubungan suami isteri sangat tidak mungkin terjadi. Apa mau dikata mereka berdua harus hidup dengan kekosongan hati dan reluhan jiwa yang cukup dalam. Hidup memang jauh dari keindahan yang mereka bayangkan ketika memutuskan untuk menjadi sebuah keluarga baru.
Kondisi kesehatan bu Rina belum juga sembuh, namun semangat mereka untuk terus berjuang melawan penyakit yang diderita telah mampu membuat mereka berdua bertahan. Lebih parah lagi mereka harus kehilangan usaha mini market yang didirikan beberapa tahun lalu yang menjadi penyokong kehidupan mereka harus menerima kenyataan disapu bersih oleh bencana lumpur Sidoarjo. Sampai pada waktu Bu Rina menceritakan perihal kehidupan mereka berdua di Radio tersebut, perusahaan yang seharusnya bertanggungjawab atas bencana lumpur itu ternyata belum juga memberikan ganti rugi sepeserpun. Dengan nada positif dan ketegaran hati yang amat kuat, Bu Rina minta saran dan penguatan dari para pendengar Radio tersebut pagi itu.
Bu Rina bekerja disebuah bank swasta dengan posisi yang baik dan penghasilan yang cukup untuk kehidupan mereka berdua. Mereka memiliki sebuah rumah indah dan satu unit usaha mini market. Suaminya selain masih menyelesaikan pendidikan sarjana juga sibuk dengan urusan mini market tersebut.
Setelah menikah selama dua tahun ternyata pasangan ini belum dikaruniai seorang anak. Karena kerinduan mereka berdua untuk menimang momongan, Bu Rina pergi kedokter untuk cekup kesehatannya, apakah ada kelainan pada organisasi tubuhnya yang menjadi penyebab kenapa hingga sekarang mereka tidak dikarunia seorang momongan atau ada hal lain yang menjadi penyebab utama. Setelah di cek, dokter tidak menemukan kelainan pada rahim dan beberapa organ tubuh lain selain gejala penyakit yang selama ini dialami Bu Rina yakni penyakit gagal ginjal. Dengan hati yang berat dan sedih, Bu Rina pulang dan menceritakan perihal itu dengan sang suami. Apa mau dikata mereka harus menyerahkan semua ini kedalam rencana Tuhan dan menjalani hidup dengan bijak. Atas anjuran sang suaminya Pak Rudi, Bu Rina meninggalkan pekerjaannya di bank tersebut dan total berprofesi menjadi isteri sekaligus membantu pekerjaan suaminya di mini market dengan harapan mereka berdua akan dikarunia anak. Bu Rina berusaha menjaga kesehatan dan selalu berkonsultasi dengan dokter untuk masalah kesehatan dan hubungan suami isteri, harapan mereka tentu saja dikaruniai seorang anak.
Waktu berjalan terus dan kondisi kesehatan bu Rina (penyakit ginjal) juga tidak semakin baik, sampai waktu itu, belum ada tanda-tanda mereka akan dikaruniai anak. Akhirnya Bu Rina berbicara sekali lagi dari hati kehati dengan suaminya, dengan maksud untuk megeneral cek up kesehatan sang suami. Setelah disetujui dan mereka kedokter, dokter mengungkapkan hasil pemeriksaannya kalau ternyata sang suamilah yang mengalami kemandulan. Dari hasil analisa dokter, peluang mereka berdua untuk mendapatkan anak dari hasil hubungan suami isteri sangat tidak mungkin terjadi. Apa mau dikata mereka berdua harus hidup dengan kekosongan hati dan reluhan jiwa yang cukup dalam. Hidup memang jauh dari keindahan yang mereka bayangkan ketika memutuskan untuk menjadi sebuah keluarga baru.
Kondisi kesehatan bu Rina belum juga sembuh, namun semangat mereka untuk terus berjuang melawan penyakit yang diderita telah mampu membuat mereka berdua bertahan. Lebih parah lagi mereka harus kehilangan usaha mini market yang didirikan beberapa tahun lalu yang menjadi penyokong kehidupan mereka harus menerima kenyataan disapu bersih oleh bencana lumpur Sidoarjo. Sampai pada waktu Bu Rina menceritakan perihal kehidupan mereka berdua di Radio tersebut, perusahaan yang seharusnya bertanggungjawab atas bencana lumpur itu ternyata belum juga memberikan ganti rugi sepeserpun. Dengan nada positif dan ketegaran hati yang amat kuat, Bu Rina minta saran dan penguatan dari para pendengar Radio tersebut pagi itu.
Apa kesulitan yang kita lihat dari kisah nyata tersebut?
Pertama, Bu Rina mengidap penyakit Gagal Ginjal dan belum sembuh hingga waktu dia menceritakan peristiwa itu di radio.
Kedua, demi mendapatkan keturunan, Bu Rina mengorbankan pekerjaannya di Bank untuk fokus menjaga kesehatan demi mendapatkan seorang momongan.
Ketiga, Sang suami ternyata menderita kemandulan yang membuat peluang mereka berdua untuk memperoleh anak sangat kecil.
Keempat, usaha mereka dilanda bencana dan mereka tidak mendapatkan ganti rugi.
Saya tidak bermaksud untuk mengekspoloitasi cerita ini, tidak sama sekali. Saya hanya ingin membagi pengalaman dan kearifan hidup dari Bu Rina dan suami tentang kesulitan dan tantangan hidup mereka kepada para pembaca semua. Hidup ini penuh dengan dinamika dan kesulitan yang sangat menguras pikiran dan fisik manusia. Hidup ini penuh dengan perjuangan yang memang harus dituntaskan demi sebuah tujuan. Semoga dengan membaca buku mengenai 10 prinsip untuk bangkit kembali dari kegagalan ini, Anda akan mendapatkan sebuah inspirasi motivasi sehingga Anda tetap kuat menjalani hidup dan bangun kembali untuk berhasil.
Nistains Odop
www.nistainsodop.blogspot.com
No comments:
Post a Comment